Minggu, 21 Oktober 2018

Bertanam Tomat

Awal Juni lalu pohon pare saya sudah berbuah. Tanaman pare itu tanaman yang kesekian kalinya di tanah sepetak samping rumah. Tidak luas hanya sekitar satu meteran saja yang penting bisa bertanam. Dulu pertama kali saya menanam pohon cabai. Benihnya hanya dari biji cabai yang busuk sisa dapur yang tumbuh sendiri. Cukup subur saat itu. Pohon cabai rawit merah yang pedas itu tumbuh sehat lebih tinggi dari tinggi anak saya. 



Setelah itu biji pare sisa dapur tumbuh dan saya biarkan hingga berbuah. Bulan Juni kemarin saya iseng menanam pohon tomat. Gara-gara saya habis nonton film Little Forest saya jadi kepingin nanam pohon tomat. Dari tomat merah kecil-kecil yang saya beli, bijinya bisa tumbuh. Pertengahan Juni sekitar Lebaran kemarin benih itu tumbuh bersamaan saya mudik ke rumah ortu. Saya sempat pesimis benih itu tidak bisa bertahan saat saya tinggalkan beberapa hari.


Saya menutupi benih itu dengan sampah sisa dapur, dari kulit buah melon, kulit pepaya, kulit pisang dan sisa teh celup. Dan saya cukup gembira 4 hari benih bisa bertahan karena sampah itu. Memang beberapa pohon di rumah saat saya tinggal saya buatkan infus berupa botol bekas air mineral yang saya lubangi. Tetapi sepertinya beberapa tidak mengalir dengan baik, untungnya tanaman di pot masih bisa bertahan.

Akhir Agustus pohon tomat saya mulai berbunga. Saat itu pohonnya cukup subur dan besar, tetapi mulai diserang kutu putih daunnya. Saya hanya membersihkan manual dengan memenceti kutu putih itu. Rupanya kutu putih itu berasal dari kutu putih di daun pohon kelapa. Saat buah tomat mulai besar, daunnya sudah mulai kecoklatan tak terkendali dan tunas baru mulai keriting daunnya. Saat itu saya pesimis sudah dengan tanaman tomat itu. Meskipun begitu saya tetap menyiraminya setiap pagi dan sore.

Awal Oktober ini buah tomatnya mulai memerah dan masak di pohon. Buah tomatnya tidak begitu banyak karena daun baru sudah keriting. Sedangkan buah pare tetap lanjut tumbuh subur dan berbuah terus. Pare saya ini rasanya tidak pahit. Mungkin karena memang jenisnya atau juga karena saya lebih banyak memakai pupuk sisa sampah dari dapur, pupuk kimia seingat saya sekali dua kali untuk merangsang bunga saja itupun tidak banyak. Sama sekali saya tidak pakai pestisida untuk menjaganya dari hama tanaman karena buahnya juga saya konsumsi sendiri.

Setelah pohon tomat ini saya akan ganti dengan tanaman lain. Penginnya menanam selada, tetapi belum ketemu benihnya. Adanya di rumah justru benih bayam merah yang dulu saya beli di pameran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun