Penulis: Katherine Rundell
Alih Bahasa: Ambhita Dhyaningrum
Penerbit: Metamind
Cetakan: Juni 2016
Tebal: 300 Halaman
"Aku memintanya untuk tidak mengabaikan kemungkinan kemungkinan hidup."
Bayi perempuan dalam sebuah kotak cello, yang kemudian diasuh oleh seorang lelaki pecinta buku yang bisa berbahasa Inggris, Perancis dan Latin. Lelaki pintar, baik dan penuh kasih sayang itu bernama Charles Maxim. Bayi perempuan itu diberi nama Sophie. Kecelakaan kapal yang meninggalkan teka-teki hidup Sophie, siapa sebenarnya ibunya, masih hidupkah? Keduanya kemudian mencari keberadaan ibu Sophie yang diberitakan meninggal. Berbekal informasi yang Sophie dapat dari kotak cellonya.
"Sungguh aku takut, memahami buku jauh lebih mudah bagiku ketimbang memahami orang."
Nama gadis berambut api itu Sophie. Ya, namanya mengingatkan pada tokoh Sophie Amundsend. Kebetulan saya baca buku ini sehabis baca cerita Sophie Amundsend. Buku ini pun sebenarnya saya baca di bulan kemarin, tapi tak apalah saya cerita di bulan ini. Saat membaca buku ini saya sangat menikmatinya, seperti saat saya membaca buku Pangeran Pencuri.
"Tak ada manusia yang sempurna," begitu kata Charles, tetapi dia salah. Charles sempurna. Warna rambut Charles serupa dengan pegangan tangga dan matanya memiliki kekuatan sihir.
Diatas salah satu kalimat yang membuat saya tertawa saat pertama kali membacanya. Ada beberapa lagi setelah itu. Bagian awal-awal memang banyak yang lucu. Dibagian tengah ke belakang, terutama dengan para rooftoppers malah banyak deg-degannya.
"Hanya pemikir lemah yang tidak menyukai langit."
Entah kenapa saya menyukai petualangan Sophie dengan para penghuni atap atau Rooftoppers. Baru tahu juga kalau ada penghuni atap, kalau di sini paling-paling burung, tikus dan semacamnya. Ternyata di Paris ada para penghuni atap. Jadi, Sophie dalam perjalanan akhirnya bertemu para penghuni atap ini.
"Hanya pemikir lemah yang tidak menyukai langit."
Entah kenapa saya menyukai petualangan Sophie dengan para penghuni atap atau Rooftoppers. Baru tahu juga kalau ada penghuni atap, kalau di sini paling-paling burung, tikus dan semacamnya. Ternyata di Paris ada para penghuni atap. Jadi, Sophie dalam perjalanan akhirnya bertemu para penghuni atap ini.
"Tugas seorang terpelajar adalah memerhatikan segala sesuatu."
Salah satu penghuni atap yang juga bocah laki-laki yang ditemuinya pertama kali bernama Matteo. Saya juga suka tokoh Matteo ini. Selain tentu saja tokoh Charles sendiri. Selain tokohnya, ceritanya yang menyenangkan, saya suka sampulnya yang berwarna biru. Dan entah kenapa dari kemarin baca buku soal anak kecil yang kehilangan ibu terus. Sebenarnya saya suka-suka saja dengan desain sampulnya, kebetulan biru dan putih memang selalu menawan jika disandingkan. Hanya saja saya membayangkan Sophie bisa lebih indah lagi jika digambarkan dari gambar itu. Tapi lagi-lagi itu hanyalah masalah selera saja sih. Saya juga suka terjemahannya yang enak dibaca. Hanya ada beberapa kata yang dibiarkan begitu saja. Dan saya bingung cari artinya.
"Hati-hati jangan sampai memuja benda-benda yang salah dalam hidup."
Yap sekian dulu soal Rooftoppers, selamat berburu bukunya jika suka. Dan selamat beraktifitas sobat. Kebetulan lagi musim hujan, jaga kesehatan biar tetap bisa beraktifitas. Semoga tulisan yang ini nggak ada typonya. Karena kadang tulisan saya di blog ini saya kopi langsung dari draft saya di file word kalau lagi malas ngetik hehe jangan ditiru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.