Sabtu, 19 April 2014

Cerita Tas Anak

Macam-Macam Tas Anak

Anak saya yang masih SD itu kalau sekolah bawa bukunya banyak banget. Sampai kasihan beratnya mungkin lebih dari dua kiloan. Teman- teman di sekolahnya juga sama saja, badan kecil mungil bawa tas gede banget kaya kura-kura ninja. Kakak saya pernah bilang kalau anaknya pakai tas yang model koper gitu, yang di seret saja bukan digendong. Masalahnya datang kalau musim hujan, bayangkan jalanan pada becek pasti basah kuyub tasnya. Pernah juga saya belikan model itu tetapi dia lebih suka tas punggung yang di gendong gitu, dan kebanyakan kawannya di sekolah juga begitu. Tas anak memang banyak modelnya ada yang digendong, ada yang diselempang ada juga yang diseret macam koper. Kalau model selempang gitu sepertinya malah lebih berat bawanya karena hanya satu bahu saja yang menahan. Masalahnya anak SD sekarang buku paketnya tebal-tebal belum lagi buku tulis dan lembar kerja siswanya. Belum kalau ikut kegiatan ekstra sore hari, makin berat saja. Belum juga bawa botol minuman dan peralatan buat sholat di sekolah. Ayahnya saja pernah bilang kalau tas anak kami dengan tas dia saja beratan tas anak kami.

Anak- anak perempuan suka banget warna - warni tas mereka, dengan gambar lucu -lucu dan biasanya model princess atau barbie. Ada pula model yang lucu semacam bentuk kupu-kupu lengkap dengan sayap di samping atau binatang lainnya. Kalau anak laki-laki suka tokoh seperti naruto, batman, spiderman atau model yang biasa saja tanpa gambar-gambar dengan warna natural. Kebanyakan juga tas punggung semua.


Cerita Tas Punggung

Beberapa waktu lalu saya baca status kawan di facebook, kalau anaknya kawan saya itu punya kebiasaaan kalau mau tidur. Kebiasaan itu adalah minta dipijit punggungnya. Dan kebiasaan itu persis sama dengan anak saya juga. Padahal anak kawan saya laki-laki, juga merasakan sakit punggung. Pikirku apa mungkin sakit punggungnya karena beban berat tas punggung itu, padahal kupikir kalau tas punggung kan di topang dua bahu mungkin bebannya berkurang. Saya pernah mencoba membawa tas itu memang berat sekali kok.

Saya hanya khawatir apakah pertumbuhan tulang anak saya bakalan tidak terganggu ya karena beban tas itu ditulang punggung juga. Mungkin membawa tas juga hanya pas berangkat dan pulang saja jadi tidak begitu lama, kalaupun ada kegiatan di luar jam sekolah pasti tasnya di tinggal. Sedangkan dia main -main entah kemana.

Nah, mengenai tas yang ditinggal inilah ada cerita lucu. Beberapa waktu lalu ketika saya sedang menjemput anak saya di sekolah, waktu itu saya lihat tas anak saya tergeletak di sekolahnya bersama tas lainnya. Anaknya entah kemana belum muncul juga. Saya sabarkan untuk menunggu sebentar. Tiba-tiba muncul  empat atau lima anak SD yang sepertinya kakak sekolah anak saya. Tiba-tiba salah satu dari mereka tampak oleh saya membuka - buka tas anak saya itu. Di depan saya, saya hanya diamkan saja melihat apa yang hendak mereka lakukan. Ternyata hanya membuka - buka kemudian meninggalkannya begitu saja. Karena lama menunggu anak saya belum muncul saya bertanya kepada mereka yang masih asyik ngobrol di dekat tas -tas itu. Mereka tampak kaget atau entah apa ketika saya menyebut nama anak saya. Tak berapa lama anak saya muncul dan wajah mereka tampak semakin gimana gitu, setelah melihat anak saya mengambil tas yang tadi mereka buka-buka itu dan menghampiri saya. Tenang nak saya gak bakalan bilang bu guru, batin saya sambil berlalu. Seandainya tadi mereka mengambil sesuatu dari tas anak saya mungkin saya berubah pikiran.

Dan beberapa waktu lalu terjadi hal yang membuat saya agak jengkel. Ultah kemarin anak saya minta dibelikan buku, tentunya bukan hanya satu. Harganya sih tidak terlalu mahal, tetapi intinya itu hadiah dari kami. Lantas tragedi terjadi, dasar anak - anak buku itu dibawanya ke sekolah, dan tentu saja ceritanya bisa  ditebak. Kalau biasanya buku yang dia bawa dipinjam kawannya, dan ini kata anak saya hilang. Hilang? Bukannya saya suudzon tetapi saya ingat kejadian waktu itu, yang saya ceritakan di atas. Saya ingin marah tetapi gimana, menuduh temannya saya juga tidak tahu pasti. Bisa saja anak saya lupa naruh atau gimana, walaupun dia jelas bilang kalau dia simpan buku itu di tasnya. Ketika saya masih begitu jengkel saya berniat mengadukan hal ini kepada gurunya, toh kami biasa ber sms atau bertelepon tetapi saya urungkan. Tentunya ini agar menjadi pelajaran bagi anak - anak yang lain, tetapi lagi - lagi ketika amarah saya reda hal itu saya abaikan. Toh mereka masih anak- anak mereka masih bisa belajar hal banyak di dunia ini nanti jika mereka besar. Entahlah, apakah hal yang ambil ini sudah benar.

Sebenarnya itu hal kecil dan remeh, kadang saya berpikir dari hal semacam ini mungkin kita bakal membiarkan hal kecil itu menjadi biasa dan tumbuh menjadi besar. Semoga saja tidak. Semoga mereka bisa belajar lebih baik lagi, tanpa harus ditegur dengan keras. Semoga tindakan ini benar.

Apakah toleransi saya berlebihan, tetapi saya juga tidak bisa asal tuduh. Saya males bikin keributan, mending diam saja. Nanti jika keterlaluan baru saya akan bersikap lain lagi. Intinya, kalau belum sangat mengganggu  biasanya saya akan bersikap biasa saja. Tetapi jika saya merasa sangat terusik, saya juga bisa berbuat lebih kasar.

Semoga cerita ini ada manfaatnya.
Selamat berakhir pekan bersama orang dan keluarga yang tersayang.

9 komentar:

  1. Hemm, kok cerita lucu sepertinya bukan lucu ya tapi mengesalkan atau menjengkelkan.

    Mu mind, tidak bisa dibenarkan membuka tas orang lain apa lagi tak ada pemiliknya. Yahoo dari situ sebenarnya perlu ditindak paling tidak dinasihati.

    Tapi... tindakan mb sudah benar dan jangan disesali. Prinsip mb juga bagus, hanya saja intinya *tak dibenarkan melihat apalagi membuka2 barang / benda mimik orang lain tanpa diketau pemiliknya* maybe itu.

    Maaf kurang lebihnya
    Tindakan Anda sudah benar, like.

    BalasHapus
  2. Arhy Sinjai Blog : makasih, salam kenal kembali
    terima kasih sudah berkunjung

    BalasHapus
  3. Fikri : hehe ya begitulah, karena anak - anak banyak bertingkah yang masih aneh - aneh begitu, isengnya masih ada, besok kalau besar semoga sudah tidak begitu lagi. Masih belum baligh, mungkin.

    iya, memang tidak di benarkan, maksudku tanpa di tegurpun mereka sudah malu dan tahu sendiri bahwa tindakan mereka aku lihat. Setidaknya itu pelajaran buat mereka. Kamu tidak salah hehe tidak perlu minta maaf.

    BalasHapus
  4. Iya, aamiiin. (y)
    benar, kalau masih anak2 suka aneh2 :) okelah

    sip

    BalasHapus
  5. hehe, bisa kasar juga rupanya Mbak ini

    BalasHapus
  6. Fikri : setahuku begitu hehe

    Pak Zach : tidak pak saya tidak berani main kasar
    mending saya kabur saja pak hehe

    BalasHapus
  7. iya kalau usia -anak-anak itu ya mungkin perlu sebuah pengertian, sehingga mereka bisa menuangkan ide-ide nakal nya agar bisa lebih pintar dan tumbuh berkembang dengan baik :D

    BalasHapus
  8. Wahyu Eka P : iya kalau masih anak-anak memang masih dalam tahap belajar, nanti jika besar mereka juga akan mengerti. Benar juga penyaluran idenya itu harus yang positif.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun