Nyamuk, adalah binatang yang sangat menjengkelkan bagi saya. Sebenarnya bukan gigitannya saja yang membuat gatal tetapi lebih pada suaranya yang mendenging itu. Malam hari setelah sunyi mata hendak terpejam tiba-tiba ada suara nyamuk yang begitu nyaring padahal hanya satu tetapi sangat membuat jengkel. Begitu lampu di nyalakan sang nyamuk tadi yang berisik terus menghilang entah kemana, sudah seluruh kamar di obrak abrik tetep saja dia tidak nongol. Begitu terus hingga berkali-kali. Saya sendiri tidak betah menggunakan obat nyamuk baik elektrik, oles, semprot maupun bakar. Kami tidak kuat dengan baunya, dan kami memilih menyeterilkan kamar sebelum tidur saja.
Ada suatu ketika saya bangun pagi- pagi dan mendapati si nyamuk sudah teler kekenyangan dengan perut buncit kemerah-merahan menempel di lantai atau di kaca. Sepertinya dia 'kemlekeren' kalau bahasa jawanya atau sangat kenyang sehingga tidak mampu untuk terbang jauh. Walhasil dengan mudah saya menepuknya, dan kalaupun ada yang mampu terbangpun itu seperti pesawat terbang yang kelebihan muatan yang terbang oleng dan sempoyongan sehingga mudah di tangkap.
Saya hanya berpikir, begitulah jika makluk itu serakah atau rakus akhirnya malah menemui kesulitannya sendiri. Layaknya sifat manusia yang tak cepat puas atau tak pernah merasa cukup dalam hidupnya. Seperti sebuah kantong yang bolong, mau di isi sebanyak apapun tak bakalan pernah penuh. Bahkan nyamuk saja mungkin hanya sebatas mengisi perutnya saja, tidak langsung menumpuk darah di kantong-kantong plastik atau di sarangnya. Binatang saja yang menampung makanan sepengetahuan saya kebanyakan dari binatang musiman, dimana menyiapkan makanan hanya untuk cadangan makan ketika musim yang menyulitkannya mencari makanan. Berbeda dengan manusia, punya sepeda pengin punya motor setelah punya motor pengin punya mobil, setelah punya satu mobil pengin dua mobil dan seterusnya. Kalau mau di turuti bakalan gak ada habisnya. Belum lagi harta yang lainnya yang di tumpuk dimana-mana tanah, rumah, simpanan dan lainnya, belum lagi haus akan kekuasaan. Sudah jadi ketua RT mau jadi kepala dusun, sudah jadi kepala dusun mau jadi kepala desa, setelah jadi kepala desa mau jadi camat dan selanjutnya.
Kisah ke rakusan manusia ini pun mengingatkan saya tentang Raja Midas, yang berharap kekayaan dari sentuhannya. Saking rakusnya harta, berharap segala sesuatu yang di sentuh akan menjadi emas, walhasil dia sendiri kelaparan karena makan yang di sentuhnya juga jadi emas.
Semoga saja, kita bisa mencontoh sifat baik dari binatang yang tak kalah remeh ini. Jangan terlampau rakus akan segala sesuatu, karena segala sesuatu ini kelak akan di mintai pertanggung jawabannya. Semakin banyak yang kita miliki semakin besar pertanggung jawabannya. Ukuran ke imanan kita bukan hanya pada seberapa banyak harta yang kita miliki, tapi seberapa banyak ibadah dan amal kebaikan kita. Tidak hanya anda, saya dan kita semua semoga di hindarkan dari sifat rakus ini, dan semoga memo ini bisa mengingatkan kita sewaktu kita lupa. Amin.
memang kita harus banyak belajar dari alam bahkan nyamuk sekalipun ya Mbak
BalasHapussaya concern pas baca bahwa kelak segala sesutau akan dimintai pertanggungjawaban, maka jangan rakus. kena banget nih mbak di ulu hati. menyadarkan saya untuk lebih berhati2 dalam menjaga hati. top Mbak.
BalasHapusSifat Rakus atau tamak memang lebih tepat ditujukan kepada pelaku KORUPSI. Si KORUPTOR. Saya kadang tidak mengerti mengapa orang bisa jadi koruptor. Apalagi si pelakuk Kuroptor yang sudah divonis masuk penjara ini bukan sembarangan orang. Punya jabatan tinggi, dan bergaji tinggi, kok masih korup? Apa lagi yang kurang dari penghasilannya? Kalau sidah begini jawabannya mungkin cuma satu : SIFAT TAMAK nya itu
BalasHapusdea aulia : betul mbak, namanya belajar tidak harus baca buku atau duduk di bangku sekolah, bisa saja kita belajar dari hal -hal kecil di sekeliling kita
BalasHapusPak Zach : iya pak, sebenarnya catatan di label Memo ini sebagai catatan saya sendiri untuk di baca dan mengingatkan diri saya sendiri sewaktu saya lupa diri, alhamdulillah jika bermanfaat bagi yang lain juga hehe
BalasHapusPak Asep Haryono : betul sekali pak, saya kadang heran juga dengan para koruptor itu, sudah bergaji sebesar itu masih saja korupsi yang ujung -ujungnya untuk senang -senang saja, sifat yang tidak ada puasnya itu pak
BalasHapusmanusia biasanya tidak pernah puas, maka dari itu kita harus pandai-pandai bersyukur :)
BalasHapusElsawati Dewi : iya, dengan bersyukur maka hidup menjadi lebih tenang ^_^
BalasHapusSaya bisa bikin puisi cinta
BalasHapusLaku saya pengen bikin cerita
Supaya banyak karya
Itu rakus ga? :)
Anisayu Nastutik : wah mbak anisaayu ini jagonya puisi dah
BalasHapusgak bisa berpuisi mbak saya
yup terus berkarya, gak kok mbak, kalau perbuatan baik di rakusin juga gak papa hehe
nggak hanya puisi Mbak, tapi pantun juga. gurindam apalagi.
BalasHapusPak Zach : iya betul pak, mbak Anisaayu memang jagonya hehe
BalasHapussaya ngalah pokoke
saya jd ingat ada buku yg membahas keserakahan manusia (lupa judulnya apa). di covernya ditulis bahwa nyamuk hanya mengambil darah sebatas penuh isi perutnya saja. tpi manusia tdk.
BalasHapusdr makhluk-Nya yang lain kita bs belajar... jika kita memikirkan.
Pri Enamsatutujuh : bukunya apa pak saya sepertinya belum pernah baca, berarti benar itu ya nyamuk hanya makan sebanyak itu saja hehe, kan gak punya sarang nyamuknya. Saya hanya baca kalau di dalam islam bahwa nyamuk itu perumpamaan yang buruk.
BalasHapusKl utk nyamuk, saya belum prnah dengar kl ia sbg perumpamaan yg buruk. tp kl menurut ceramah alm. Zainuddin MZ dulu... diciptakannya nyamuk sbg tantangan kpd manusia bhwa utk hal yg sekecil itupun manusia tdk akan bisa membuatnya.
BalasHapuswallahu a'lam.
Aamiiin... sebuah renungan dari hal kecil tapi sangat bermanfaat. Terimakasih
BalasHapusYang lucu, masak iya mb bisa lihat nyamuk itu terkapar dan perutnya merah2 hehe
Dan posting ini penuh hikmah, pelajaran bagi saya dan orang lain. Mengingatkan agar tak rakus, tamak, dan lupa.
Thanks, again.
Saya juga belum pernah tahu kalau nyamuk adalah perumpamaan yg buruk, hanya yg saya tahu nyamuk dapat menjadi bahan renungan bahkan jika makhluk sekecil apapun dapat dijadikan pelajaran dan Allah tak malu memberi perumpamaan dari seekor nyamuk.
BalasHapusPri enamtujuh : berarti saya baca di suatu tempat pak, saya lupa dari mana, soal perumpamaan yang buruk itu.
BalasHapusFikri : nyamuk kalau kekenyangan biasanya diem 'menempel' bukan terkapar ya, terkapar kalau sudah kutepuk pakai tangan hehe. iya, pelajaran buat kita, dengan melihat dan memperhatikan sekeliling kita.