Bunyi suara
gitar mungilnya tak beraturan tak bernada sama sekali, apalagi suara nyanyiannya datar tak
tahu lagu apa yang sedang digumamkannya. Tangannya sibuk memetik senar gitar
itu sesekali mukanya melongok kearah dalam ruangan berharap seseorang
melihatnya. Ketika kulirik dia tetap bertahan di depan pintu itu, seakan lelah
menunggu tak sabar dia mengetuk koin pemetik senar gitarnya ke kaca pintu. Perempuan
disebelahku bergegas mengorek kotak kecil tempat uang recehannya di ambilnya
satu keping koin logam dan setengah berlari menghampiri pintu dan buru buru di
berikannya uang lima ratus rupiah itu, logam kecil berwarna kuning bertuliskan
500. Lelaki bertopi bulat lusuh yang di depan pintu itu pun melangkah berlalu
ke jalanan setelah berguman “nuwun” pada perempuan disebelahku.
Entah
berapa pintu yang lelaki itu datangi untuk di ketuk. Entah juga berapa koin
yang di terimanya dari tangan tangan penyambung tangan Allah itu. Entah juga seberapa timbangan keikhlasan dari
tangan tangan itu. Apakah rasa kasihan ataukah rasa sebal sekedar pengusir
suaranya yang parau ataukah sebuah keilkhlasan yang tulus. Bagi perempuan di
sebelahku itu dalam mataku sesuatu yang tak perlu diberi arti apapun, hanya
sesuatu yang biasa saja. Seharian entah berapa macam orang yang bersolo konser
di depan pintu itu sekedar pertunjukan bernilai satu koin lima ratus rupiah.Suatu waktu sepasang waria cantik nan genit bersuara kencang berdandan bak
penyanyi dangdut, di lain kesempatan wanita tua yang tak punya nada apapun
sekedar berdiri disana, ataupun sekelompok penari yang atraktif dengan
backsound musik tradisional yang menggelegar. Bagi kami hanya sesuatu yang biasa saja
hanya tinggal mengorek kotak kecil koin itu dan melangkah ke pintu itu.
Suatu
ketika aku berpikir, apakah tiket ke syurga itu mahal ? sebandingkah dengan
tiket justin bieber, niki minaj, atau penyanyi kondang lainnya yang bernilai ratusan
ribu hingga jutaan rupiah. Untuk menonton aksi mereka saja orang berani merogoh
kantungnya begitu dalam, lantas bagaimana dengan tiket ke syurga ? Apakah logam
kecil berwarna kuning bertulis 500 itu sudah cukup ? katanya nilainya bisa
melebihi jutaan rupiah apabila dibarengi sebuah keihlasan. Apakah perempuan itu
ikhlas? Bagaimana dia sendiri tahu apakah itu ikhlas atau tidak. Sedang didalam
hati kadang aku ngedumel dengan bertambahnya jumlah solo konser bertema “koin
kuning bertulis 500” itu. Kadang kudengar dia bergumam “ badan masih seger
buger ,umur juga belum tua banget, kenapa meminta minta”. Wangune ( pantasnya)
ya orang tua yang sudah tak mampu bekerja atau orang cacat yang sudah tak ada
yang mau mempekerjakan. Entah jadi nilai koin turun ke 50 rupiah atau bahkan di
catat hanya 5 rupiah sekarang setelah gumaman itu muncul. Semakin tak berarti
saja koin kuning bertulis 500 kembalian dari membeli pulpen atau cemilan di
penjual sayur keliling itu sekarang. Mungkin lain kali harusnya lembaran kertas
bertulis 1000 rupiah saja, setidaknya jika nilai nya turun karena sebuah
gumaman akan turun ke 500. Ataukah harus di tata ulang hati itu agar gumaman
sebuah do’a tulus dari perempuan tua yang menerima koin itu bisa teramini oleh
malaikat yang kebetulan lewat.
Tahukah
apa yang terjadi dengan koin kuning yang sampai di saku mereka ? ada yang
berakhir pada sebatang rokok, ada yang berakhir pada sekantung es teh manis dan
sebungkus nasi kucing di angkringan. Ada pula yang berakhir pada beras sekilo
yang dibeli di warung untuk makan mereka dan anak anaknya malam itu. Macam macam cara Allah
mengutus malaikat malaikat pemberi rizki agar sampai kepada makhluknya. Bahkan
ulat kecil didalam batu di dasar lautan pun bisa hidup dengan kemurahan Allah
Swt.
Lain kali
mungkin tidak perlu kita berpikir kemana akhir koin itu, bagaimana tanganmu itu
menjadi penyambung kebahagiaan orang lain itulah yang kamu perlu pikirkan.
Disampingmu mungkin sedang dituliskan satu kebaikan kamu dengan sebuah senyum
ketulusan ucapkanlah :
“ ya Allah jika hanya satu keping
koin kuning bertulis 500 itu yang baru bisa kuberikan untuk membeli tiket
syurgaku, mohon terimalah ya Allah, semoga Engkau memberikan aku rizki yang
lebih besar dari ini dan kemauan tanganku ini memberikan yang lebih besar dari
ini” ( amin ya rabbalalamin).
Renungannya bagus...
BalasHapusSeperti cerpen...
Yupz, salah satu tiket menuju surga...
Terimakasih, tetep smgt...
Fikri thufailly : tak bisa aku bikin cerpen
BalasHapusasal nulis aja entah itu apa namanya
tiket kecil saja semoga di terima
semangat buat kamu juga Fikri