Selasa, 24 Desember 2019

Film: Kim Ji-Young

Saya mau cerita sedikit tentang film ini. Mungkin bakal ada bocoran di sini, semoga tidak ada yang marah mengenai ini. Toh saya hanya sedikit cerita saja.



Saya mau cerita dari awal film sampai akhir ya, beberapa catatan sudah saya tulis saat nonton ini untuk ke dua kalinya. Dari latar belakang keluarga Ji Young dulu ya, dia tiga bersaudara, punya kakak perempuan dan adek laki-laki. Kakaknya belum menikah, bekerja jadi seorang guru. Adek laki-lakinya adalah anak kesayangan ayahnya. Ya jangankan di Korea, di sini anak laki-laki juga masih dianggap lebih baik dari anak perempuan. Sampai-sampai kalau belum ada anak laki-laki pasti bikin anak terus sampai dapat anak laki-laki.


Poin baiknya bagi kondisi Ji Young di sini adalah bahwa dia punya ibu yang baik, yang perhatian, punya suami yang baik dan sama perhatiannya juga. Ditambah lagi dia punya kawan-kawan perempuan dan mantan bos perempuannya di eks kantornya.

Yang membuat Ji Young depresi atau entah apa sebutannya kondisi Ji Young ini, menurut saya muncul sejak dia melahirkan dan berhenti dari bekerja itu dia mulai sakit. Awalnya dia pun tak merasa sakit, hanya merasa sedikit aneh dan mudah tersinggung saja. Ditambah sepertinya dia tinggal di kota besar, dan sepertinya di apartemen bukan rumah yang punya halaman luas begitu. Dia juga tidak terlihat berinteraksi dengan tetangga, di sepanjang film ini.

Ibu mertuanya juga masih sangat kolot pemikirannya, sama seperti bibi dan juga bapaknya, jauh lebih baik ibu Ji Young sendiri. Sudah begitu bukannya membuat lebih baik ibu mertuanya malah membuat Ji Young semakin buruk kondisinya. Dia saat di rumah ibu mertuanya malah seperti pembantu, kata-kata sindirannya juga menyebalkan.

Saat kecil Ji Young ingat kata-kata kakaknya kenapa saat itu kakaknya memilih jauh dari rumah pengin hidup di negara-negara Eropa, kakaknya menjawab “karena tidak ada orang Korea di sana”. Saat sekolah dulu dia juga mengalami pelecehan seksual oleh pelajar laki-laki di bis. Dan beruntung dia ditolong oleh seorang ibu penumpang bis saat itu. Eh malah ayahnya saat itu menyalahkan Ji Young karena pakaiannya minim dan berdesak-desakkan di bis. Bapak Ji Young ini juga salah satu yang membuat keadaan Ji Young jadi begitu, jadi ya itu tadi bapaknya ini lebih peduli pada adek laki-lakinya dari pada kakak dan dirinya. Ya itu lagi, patriarkis, lebih baik anak laki-laki itu. Sepertinya kehidupan di Korea memang begini ya, kalau perempuan masih dinomer duakan. Laki-laki bahkan masih meremehkan perempuan di kantor, menganggap rendah pokoknya.


Ibunya akhirnya marah hebat pada bapaknya saat mengetahui kondisi Ji Young sakit ketika bapaknya masih saja perhatian pada adek laki-lakinya saja. Bahwa bapaknya hanya mikir anak laki-lakinya saja sama sekali tidak tahu kondisi anaknya yang lain. Bahkan saat adek laki-lakinya mau berkunjung dan bertanya pada bapaknya roti apa yang disukai Ji Young, ternyata bapaknya hanya tahu roti yang adeknya sukai. Karena ternyata Ji Young tidak menyukai roti isi kacang, dia menyukai roti isi krim. Yang menyukai roti isi kacang adalah adeknya Ji Young.Yap itu saja tentang film ini, selamat berlibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun