Selasa, 13 Januari 2015

Jerit Pilu Masa Lalu

Orang - orang dari negeri itu meninggalkan sejuta luka pada tanah yang pernah disinggahinya.
Hati ikut teriris menangis membaca cerita.
Luka yang teramat dalam bisa membakar emosi siapapun.
Apa yang mereka lakukan benar - benar biadab.
Bahkan binatangpun mungkin tidak berlaku sekejam itu.
Manusia yang bertindak sekeji itu.

Beribu manusia tewas tanpa keadilan tanpa pembelaan.
Ironisnya bahkan di sebagian tempat dilakukan oleh saudaranya sendiri.
Dosa apa yang mereka lakukan hingga hidup dengan kesengsaraan dan derita begitu rupa.
Manusia biadab macam apa yang tega berlaku sedemikian kejam.

Tapi bumi tidak tidur.
Dia mengingat segala yang telah terjadi.
Menyimpan ceritanya sendiri, saksi bisu kebiadaban makhluk yang disebut manusia.
Bahkan ketika manusia mungkin sudah melupakannya.
Seperti sebuah hutang selalu menuntut pembayaran *)

Kini, saat ini aku melihat bagaimana alam menyatakan penolakannya.
Bagaimana takdir bermain dengan caranya menagih pembayaran atas dosa.

Bumi pun merasa tak nyaman untuk dipijak mereka.
Alam menyatakan penolakannya.
Satu - satunya saksi bisu yang mengingat semuanya.
Bagaimanapun manusia berusaha mengubah dan menyembunyikan sebuah cerita.
Memutar balikkan fakta.
Kebenaran selalu berteriak lebih lantang *)

Yang dulu merendahkan akan direndahkan.
Yang dulu menyiksa akan tersiksa.
Yang dulu gemar mengambil yang bukan haknya akan berganti diambil miliknya *)
Mungkin mereka menyaksikan semua dari alam mereka.
Bahkan jika pembayaran itu pada anak keturunan mereka.
Semua menuntut pembalasan.

Tenang tenanglah engkau dalam tidur panjang.
Semoga pedih luka jerit pilu hilang.

*) Kalimat ini atau yang agak mirip dengan ini, pernah saya baca di suatu tempat, semoga yang empunya berkenan saya menuliskannya di sini, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun