Sabtu, 06 April 2019

Kenapa Tidak Ingin Hamil Lagi?

Mumpung masih bulannya, mumpung pengin nulis juga, aku mau cerita sedikit tentang kehamilan dan proses melahirkan. Kebetulan dia lahir di bulan April ini juga. Dan di akhir tulisanku ini, aku harap orang-orang yang suka nyuruh-nyuruh aku untuk nambah anak itu paham kenapa aku memilih hanya memiliki satu anak saja.

Masa kehamilan

Sepulang kantor sore itu rasanya badan seperti masuk angin, rasanya pusing tak karuan dan masku saat itu menyuruhku minum obat. Entah kenapa saat itu batinku meyakinkan diriku untuk jangan minum obat, feelingku jangan-jangan aku hamil. Benar saja selang sehari aku beli testpack dan benar aku positif hamil. Rasanya bahagia saat itu, karena belum lama menikah sudah positif hamil. Bayangan kehamilan saat itu begitu indah dan sama sekali tak terbayang kepayahan yang bakal aku alami. 

Pada tiga bulan pertama aku hamil inilah yang paling membuatku trauma. Badan rasanya nggak karuan, mual yang terus-terusan dan makan apapun pasti aku muntahkan lagi. Malam tidak bisa tidur karena perut dan badan rasanya nggak karuan dan pusing. Terutama penciuman yang makin kuat sepertinya tak ada bau apapun yang tidak membuatku muntah, bau nasi terutama paling aku benci, bau semua bumbu-bumbuan membuat muntah, parfum apalagi, minyak kayu putih, minyak telon dan lainnya. Jika tidak bisa makan minum sehari dua hari mungkin nggak apa-apa ya, ini sampai 3 bulanan. Berat badan menurun, rasanya seperti mau mati saja.  

Dalam kondisi seperti itu aku masih harus berangkat kerja dan kebetulan di bagian front liner saat itu. Jadi mau nggak mau ya ketemu orang, berinteraksi dengan orang, dan harus banyak duduk. Belum lagi nggak bisa makan minum sama sekali karena muntah terus. Setelah mencoba-coba beberapa jenis makanan aku hanya nyaman makan jenis umbi-umbian, nggak dengan yang lain. Yang tersisa untuk energi tubuh hanya makanan yang tersisa dari muntah yang terus-terusan. Itu pun hanya jumlah sedikit saja. Makanan lain bisa kumakan, tapi beberapa menit kemudian pasti aku muntahkan lagi. Kalau orang suka makanan asam seperti mangga muda misalnya, aku sama sekali tidak naksir dengan makanan satu itu. Sebagai bayangan dalam sehari aku muntah bisa lebih dari 10 kali. Tiap malam sering banget nangis, karena badan kesakitan, mual pusing dan jadi sulit mau tidur. Yang ngerasain sakit ya aku sendiri, yang menderita ya aku sendiri. Saking menderitanya saat itu aku sampai berjanji nggak akan hamil lagi, nggak mau tersiksa begitu lagi, peduli setan dengan kemauan siapapun, termasuk jika itu kemauan suamiku sendiri. Kehamilan di 3 bulan awal ini dalam bayanganku seperti kehamilan Bella Swan, mengerikan.

Memasuki 3 bulan kedua, perutku sudah lebih baik mau menerima makanan normal, seperti nasi dan lainnya. Tapi obat atau vitamin apapun dari dokter juga dari bulan pertama sudah tidak terminum, karena misal aku minum juga aku muntahin lagi masih bentuk utuh pula pas keluar. Di 3 bulan kedua aku mulai menambah berat badan dengan baik, penambahan berat badan saat itu sampai saat melahirkan sekitar 15 kg. Sudah bisa tidur dengan baik dan sudah jarang muntah lagi meski kadang masih mual. Tapi, satu hal yang tidak bisa aku lakukan sekian lama selama masih hamil yaitu segala bentuk menekuk punggung. Entah karena takut atau membahayakan calon bayi jadi badan seperti kaku beneran selama 9 bulan itu. Tidur tidak bisa miring sesuka hati apalagi tengkurap jelas nggak bisa. Setelah perut semakin besar tidur juga semakin susah, selain berat juga rasanya perut sesak. Kalau tidur miring biasanya bayi juga bergerak-gerak tak nyaman. 

Setelah bulan ke 7 ke atas kaki kadang bengkak. Saat itu sepulang kerja biasa dijemput suami dibonceng naik motor dan sesampai di rumah kaki biasanya bengkak, meski hanya sebentar lalu kembali normal. Hanya saat begitu saja lainnya enggak. Saat memasuki HPL tanda-tanda kelahiran juga belum muncul. Menunggu datangnya kontraksi yang nggak datang-datang akhirnya kami memutuskan tanya ke dokter, dan oleh dokter spesialis kandungan diminta menunggu hingga 10 hari lebih dari HPL. Jika belum ada tanda kelahiran pada hari ke 10 maka terpaksa dilakukan operasi cecar.

Proses Melahirkan

Proses melahirkan tak seindah bayanganku, ketakutan tentu saja ada, kebingunganku adalah bagaimana isi perut yang begitu besar bakal keluar? Kukira prosesnya bakal cepat seperti yang pernah aku lihat di film atau di sinetron, ternyata tidak semudah itu. Aku butuh tersiksa berhari-hari menunggu pembukaan jalan lahir untuk proses kelahiran normal, dan itu jelas menyakitkan dan melelahkan. Dan siapa yang merasakan lagi-lagi semua kesakitan itu? Ya, tentunya hanya aku sendiri. Dan apakah dengan semua itu saya mau melakukannya lagi? Jelas tidak, makasih.

Sebenarnya rasa sakitnya seperti apa sih? Jika kamu bertanya begitu pada ibu-ibu yang sudah melahirkan maka jawabannya hanya seperti kebelet mau BAB sih, TETAPI rasanya lebih ekstrim, gitu aja. Menahan sakitnya kontraksi itu yang rasanya aduhai. Pembukaan jalan lahir atau tulang panggul  itu ditandai dengan jumlah kontraksi dari yang setiap beberapa jam sampai ke beberapa menit sekali. Saya agak lupa sih berapa menit sekalinya.

Dan cerita soal jahit menjahit dan gunting menggunting itu benar sekali. Sakitkah? Ya, tapi dibanding dengan kelelahan menahan kontraksi berjam-jam bahkan berhari-hari rasanya itu tak seberapa, selain karena lelah yang sudah tidak bisa terjemahkan juga sudah lega karena bayi sudah lahir. Rasanya plong banget. Kebetulan itu bukan kasus jahitan di tubuh saya yang pertama selain karena lokasinya yang ekstrim he he.

Aku pernah beberapa kali terbaring di meja operasi sebelumnya dan merasakan bagaimana dokter mencabut jahitan bekas operasi yang jumlahnya lumayan banyak di lokasi yang kata dokternya paling menyakitkan. Bersyukurlah jika sekarang teknologi semakin maju dan ada benang jahit yang langsung menyatu dengan daging tidak perlu dicabuti. Sepertinya kalau operasi cecar sekarang sudah pakai itu. 

Sakit setelah melahirkan beda-beda kali ya, aku tidak tahu jika yang lahir cecar itu lebih enak atau enggak. Jadi tidak bisa membandingkan sakitnya, tapi untuk penyembuhan tentu saja lebih cepat sembuh yang lahir normal. Bagus mana atau enak mana, aku juga enggak tahu. Selain itu ada kok teman yang melahirkan gampang banget (anak kedua sih) hanya butuh beberapa jam dari kontraksi awal sudah lahir. Ada juga kawan saya yang sama sekali tidak merasakan kontraksi sehingga bayi harus dioperasi cecar. Tergantung keinginan si ibu, baik normal atau cecar menurutku sih sama baiknya. 

Yap gitu aja sih ceritanya, sebagai pengingat bertahun lalu pernah berjuang yang kata orang sih antara hidup dan mati. Harusnya kalau ulang tahun tuh yang diucapin ibunya ya, yang susah kan ibunya ha ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun