Sabtu, 22 Februari 2020

Mengasuh Cucu


Pemandangan wajar di kampung kami yaitu para kakek nenek yang menggendong cucunya, bukan hanya karena ingin saja tetapi memang mengasuh cucunya sehari-harinya. Tentu saja karena si cucu ditinggal bapak ibunya bekerja. Karena mungkin tidak mampu menyewa pengasuh bayi maka si cucu dititipkan pada kakek neneknya.

Ada saudara begitu juga, dari bayi malahan anaknya itu dititipkan pada orang tuanya. Jadi bapak ibunya bekerja di luar kota, dan si anak diasuh oleh kakek neneknya. Sesekali mereka pulang menjenguk, biasanya yang cukup lama saat lebaran atau hari libur lainnya. Tapi anehnya, ini terus berlangsung sampai si cucu ini besar, terakhir sampai mau sekolah SMU. Itupun si anak sampai seperti tidak kenal dengan orang tuanya, bahkan kakek neneknya dipanggil pak dan bu. Anehnya bapak ibunya malah menambah anak lagi, untung diasuh sendiri bukan dititipkan lagi.

Kalau saya ingat-ingat memang dulu kakek neneknya itu juga begitu waktu muda, jadi mereka bekerja di luar kota yang jauh, dan anaknya dititipkan orang tuanya. Mungkin begitu jalannya atau memang maunya begitu menyadari dirinya dulu juga begitu kelakuannya. Lha saya tahu karena saya melihatnya sendiri dari anak itu kecil sampai gede.

Tapi kalau dipikir-pikir kok kasihan kakek neneknya yang sudah sepuh harus menjalani hidup dengan mengasuh cucunya lagi. Repot loh mengasuh anak kecil itu, nggak bisa diem dan rewel. Bukannya dulu sudah pernah mengasuh anaknya ya, setelah tua kenapa masih mengasuh cucunya.

Untung di keluarga kami enggak begitu, kakak saya, saya dan adik saya tidak menitipkan anak kami ke bapak dan ibu. Jadi kami asuh sendiri, atau kalau saya pernah saya carikan pengasuh anak pas dulu masih kecil. Setelah besar kami masukkan sekolah full day, jadi sore pas pulang kerja anak kami jemput sekalian pulang ke rumah. Ya memang sesekali pas liburan dulu anak saya dolan ke rumah kakek neneknya di luar kota, kebetulan ada sepupunya yang seumuran jadi pengen liburan di sana. Tapi setelah selesai liburan ya dia balik lagi ke rumah dan bersama kami lagi.

Memang dulu bapak ibu (saya sendiri) pernah menawari kami menitipkan anak saya di rumah mereka (waktu masih kecil), karena masih belum menemukan pengasuh anak, tetapi saya sendiri yang enggak mau. Terutama saat liburan sekolah, tetapi malah kadang anak saya liburan ke rumah kakek neneknya dari pihak suami saya di kota lain. Saya nggak mau merepotkan mereka sebenarnya.

Bukan hanya mengenai mengasuh anak sih, termasuk tentang tinggal di rumah bapak ibu setelah menikah. Di kampung kami jika pasangan baru menikah dan belum memiliki rumah sendiri biasanya si perempuan akan ikut tinggal di rumah keluarga mertuanya/ keluarga suaminya. Ada yang sampai ketika mereka memiliki anak, dan ada yang sampai anak-anaknya besar masih tinggal di sana, bahkan ya sampai sekarang setelah mereka tua juga ada. Lagi-lagi orang tua saya mungkin bersyukur, karena kami anak-anaknya tidak begitu merepotkan mereka, sejak masing-masing dari kami menikah sudah tinggal di rumah kami sendiri juga. Walaupun misalnya saya juga masih ngontrak rumah sih, tapi setidaknya sudah pisah dari rumah orang tua tak berapa lama setelah anak saya lahir. Menikah memang butuh kesiapan dan perencanaan yang sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun