Rabu, 07 Agustus 2019

Kemacetan dan Ijin Berkendara

Kendaraan semakin banyak, memadati jalanan tak terkendali.

Tiap hari ada satu karyawan perusahaan pembiayaan kendaraan yang ditarget untuk menjual kendaraan kira-kira 10 kendaraan tiap bulan, dalam satu kantor ada 7 orang petugas, dalam satu wilayah ada sekian puluh kantor, dan kalikan lagi dengan jumlah kota di sana. Berapa banyak pertambahan kendaraan per harinya. Kepentingan siapa sebenarnya? Korporasi, perusahaan pembuat kendaraan tentu saja. Kebutuhan pekerjaan orang-orang pada sektor industri otomotif, pabriknya tentu saja, kebutuhan manusia akan moda transportasi.

Misal setiap hari pertambahan satu bulan dari satu kantor penyedia jasa ini ada 70 kendaraan, dan jumlah kantor ada 100 saja, jadi ada sekitar 7.000 kendaraan bertambah setiap bulannya. Jalanan macet, oh jelas macet, 7.000 kalikan 12 jadi 84.000 kendaraan bertambah memadati jalan pertahunnya. Apakah jalan cukup menampungnya? Masih mengeluh soal polusi udara?

Misal saja dari 84.000 kendaraan ada beberapa kendaraan yang berganti maka mungkin tidak sebesar itu karena ada pengurangan. Tapi coba lihat lagi, satu rumah ada yang sampai punya 5 mobil, 3 motor sangat mungkin bukan. Bahkan jumlah kendaraan / mobil dihitung per anggota keluarga. Satu rumah isi 4 orang maka mobil ada 4 misalnya. Padahal satu mobil seharusnya bisa menampung 4 orang itu. Kenapa juga tidak ada batasan misal satu rumah hanya boleh memiliki maksimal misalnya 1 mobil dan 3 motor, jika tidak ada usaha berkait jasa angkutan atau trasportasi. Pelanggaran ya didendalah, idep-idep buat pendapatan negara. Atau pasang pajak lebih tinggi aja bukan pajak biasa kalau melebihi ketentuan, kalau mampu ya bayar, kalau enggak ya jangan punya aja. Ya kalau niat mengurai kemacetan sih, bukan sekedar wacana.  Lha yang jelas gede dan makan tempat  di jalan itu ya mobil bukan motor, mana kebanyakan isinya cuma satu dua orang.

Ya mirip-miriplah, katanya penghijauan, kalau dihimbau saja sulit kenapa tidak keluarin aturan langsung dengan denda saja. Satu rumah harus ada pohon sejumlah penghuni rumahnya. Yang melanggar ya kena denda gitu aja. Main denda pendapatan daerah atau negara juga bertambah jadi tidak melulu dari pendapatan pajak korporasi dan sekalian menambah lapangan kerja bagi yang menagih denda misalnya.Ya kalau niat sih buat menghijaukan lingkungan, bukan sekedar ngayem-ayemi dengan himbauan. Begitu juga soal sampah, dan membuang sampah sembarangan. Intinya disiplin saja, kalau rakyatnya sulit buat disiplin ya aturannya yang dikerasin, jangan sekedar wacana. Sudah ada aturan, ada yang buang sampah di sungai ya dilihatin aja tanpa ada tindakan. Ya sama saja, buat apa aturan susah-susah dibuat kalau gitu.

Kalau sudah ada punishmen ya harus imbang dong ada reward, rewardnya apa? Ya kalau orangnya patuh ya kasih rewardlah. Lha opo mbak? Yo mosok aku ngasih tahu contohnya semua.

Ditambah lagi, murahnya uang muka kendaraan saat ini, mempermudah akses orang untuk memilikinya. Masih saja menyalahkan kurangnya sarana jalan? Untuk kebutuhan kelancaran pekerjaan okelah, tapi jika hanya untuk hal yang tidak begitu penting? Bukankah transportasi umum seperti KRL, bis dan lainnya harusnya lebih dibanyakin lagi. Untuk mengurangi kemacetan, bukan menambah jumlah jalan saja tetapi mengurangi jumlah kendaraan di jalan. Negara lain malah sudah menuju 'tanpa kendaraan berbahan bakar bukan listrik'.

Orang-orang juga sekarang sudah berubah cara berpikirnya, diarahkan kalau seseorang yang kemana-mana naik mobil sendiri itu tampak keren. Mengendarai mobil keluaran terbaru nampak keren. Semua iklannya memang diarahkan ke sana. Orang yang sepedaan nampak aneh, apalagi yang jalan kaki. Bukan kebutuhan lagi tapi gengsi

Apakah penambahan kendaraan baru ini diimbangi dengan kemampuan pemiliknya dalam mengendarai kendaraan? Jawabannya tidak. Nyatanya menurut saya kecelakaan yang memakan korban jiwa di jalan cukup tinggi. Itu artinya ijin mengendara yang keluar tidak sesuai karena ada banyak orang yang tidak cukup berkendara dan membahayakan bukan hanya dirinya tapi orang lain.

Solusinya? Saya lagi mikir kemarin, kenapa orang yang menabrak orang lain sampai membuat orang lain meninggal tidak dibuat aturan untuk dicabut ijin mengendaranya. Ya minimal untuk beberapa tahun sampai dia jera dan mikir untuk ngawur lagi. Kenapa orang yang punya catatan begitu masih diijinkan berkendara? Kenapa punishmen untuk pengendara tidak bertingkat, misal dia menabrak sekali dia dikasih surat peringatan 1, dicabut ijinnya misal 5 tahun, kemudian dalam 5 tahun dia bisa test ijin mengendara lagi, begitu dapat dia masih menabrak orang lagi kasih SP 2, dicabut 10 tahun. Dan seterusnya sampai ke SP 3, maka benar-benar sudah tidak boleh lagi mengendarai kendaraan. Saya kira itu benar-benar efek jera, shock terapi bagi pelaku dan tentu saja mengurangi kemacetan juga dengan mengurangi pengendara yang juga mengurangi tingkat kecelakaan karena mengurangi pengendara yang tidak mahir berkendara di jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun