Sebenarnya hal ini pengin saya tulis sudah cukup lama. Ya untuk pengingat saya sendiri. Seperti halnya sebuah kampung, masing-masing keluarga di tempat saya tinggal memiliki anak-anak yang bervariasi umurnya, dari yang masih bayi sampai yang sudah besar.
Awal saya tinggal di sini, anak-anak tersebut masih bayi, mereka sering diajak jalan-jalan oleh bapak ibunya dengan kereta bayi. Yah, seperti di film-film itu, kalau hari libur terutama keluarga muda dengan kereta bayi berjalan-jalan jadi pemandangan saya setiap pagi juga sore hari. Potret kebahagiaan sebuah keluarga muda. Sembari beramah tamah dengan penghuni rumah lain dan mampir ke warung untuk berbelanja.
Hampir semua bayi tetangga saya dibaringkan dalam kereta bayi, mungkin berat kalau menggendong langsung. Lalu, bayi-bayi ini tumbuh besar jadi bocah-bocah kecil yang sekarang bukan naik kereta bayi lagi, tapi naik sepeda anak atau mobil-mobilan anak, dan lagi-lagi satu persatu tetangga saya anaknya menaiki sepeda atau mobil-mobilan kecil ini mondar mandir kalau sore hari dan tentu cukup ramai. Sedang ibu bapaknya mengiringi mereka sembari menyuapi makan.
Sedangkan anak saya yang lebih besar dari mereka bermain dengan kawan sebayanya. Tapi masalah baru muncul saat anak saya melihat anak sebayanya yang mondar mandir lewat depan rumah keliling komplek dengan sepeda. Anak saya tidak serta merta meminta dibelikan, dia hanya berkomentar. Saya jadi ingin membelikannya juga.
Tapi, kemudian saya berpikir lagi, apakah sebenarnya itu kebutuhan atau hanya hasrat memenuhi atau menjaga gengsi saja. Berulang kali dia meminta mainan, boneka, squisy sampai komik yang hanya sehari indah lainnya entah. Saya kok merasa percuma. Seperti misalnya boneka, pas di toko begitu semangat ingin memilikinya, begitu sampai rumah ya hanya hari itu saja dia memainkan atau bahkan memegangnya. Selebihnya entah kemana, atau bernasib seperti yang lain teronggok tak tersentuh.
Seperti misalnya sepeda anak yang dulu saya belikan, hanya sesaat saja dia begitu antusias menaikinya, selebihnya ya seperti itu, terlupakan. Saya melihatnya sebagai hal percuma. Dan ujung-ujungnya mainannya hanya masuk dus lalu masuk ke lemari atau saya berikan pada anak-anak lain yang mau.
Lebih baik saya gunakan untuk membeli buku atau rak buku atau sesuatu yang lebih berarti. Yah seperti semua benda bergerak semacam mobil, motor dan lainnya saya melihat harganya semakin lama semakin turun. Dengan adanya model baru yang terus keluar, misal saja ponsel, maka harga ponsel yang dulu kita beli jutaan rupiah saat beberapa tahun kemudian harganya bisa turun sampai hanya beberapa ratus saja.
Hal ini juga terjadi pada barang lain yang hendak saya beli hanya karena memenuhi gengsi tadi. Dan saya merasa barang yang semula wah itu jika sudah dimiliki berubah menjadi sesuatu yang (sayangnya) biasa saja.
Jadi jika ingin membeli sesuatu setidaknya pertimbangkan dahulu hal berikut:
- Apakah kamu benar-benar membutuhkan barang itu, atau sekedar hanya ingin menutup gengsi. Hingga suatu hari kelak itu hanya jadi onggokan rongsokan bernilai murah yang bahkan kau sentuh pun tidak.
- Apakah barang itu memiliki nilai yang bagus, misalnya (dalam akutansi) saya mengenal istilah penyusutan nilai dari barang bergerak, apakah hal itu sangat besar penurunan nilainya, jika iya pertimbangkan lagi. Kamu bisa menyimpan barang yang nilainya terus naik atau minimal stabil semisal barang/ aset tidak bergerak seperti tanah, emas atau deposito /tabungan. Bukan hanya terus naik bahkan kamu mendapat nilai tambah. Jangan gelap mata dan membuang sia-sia semua kerja kerasmu berpikirlah untuk memulai investasi.
- Bagaimana kualitas barang yang akan kamu beli itu, bandingkan dengan barang serupa dengan tahun keluaran sebelumnya atau yang lama, apakah cukup layak kamu miliki atau justru barang lama yang kamu miliki masih layak pakai dan menunjang kinerjamu. Jika iya untuk apa kamu membeli yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.