Penulis: Iksaka Banu
Cetakan: September 2017
Penerbit: Marjin kiri
Tebal: 189 halaman
Anda bisa mendapati seorang dukun yang semua barang di runag tamunya mempunyai kembaran. Seorang istri yang bisa membaca pikiran setelah kesetrum, comedy of errors seorang pelukis frustasi indonesia pasca perang dunia ketiga 500 th ke depan dan upaya mengatasi sumber daya serta absurditas-absurditas lainnya yang memberi cerminan dan renungan bagi absurdnya kehidupan kita sendiri sekarang.
"Sebenarnya istriku telah menceritakannya lewat telepon tempo hari, namun tetap saja aku tak siap menyaksikan panorama maha ajaib ini: sebuah benteng raksasa dari kerangka besi yang dilapis ratusan meter plastik berwarna jingga, membentang menutupi sebagian pantai."-hal 174 (VIP)
Wah sudah lama saya tidak menulis di sini. Saya akhirnya tidak bisa memenuhi janji untuk rajin menulis di sini. Tak apalah, sekarang saya mencoba mengisi tulisan di sini lagi. Kebetulan baru saja menyelesaikan membaca satu buku.
Sejak saya membaca buku Semua untuk Hindia, buku yang diterbitkan sebelum buku yang ini, saya sudah sangat tertarik. Tentu saja saya menunggu-nunggu bukunya yang lain. Dan buku Semua untuk Hindia juga sudah sulit ditemukan. Pernah ketemu, eh kok ya pas dikontak penjual bukunya pas habis. Nah saat tahu pak Iksaka Banu kembali menerbitkan kumpulan cerpen-cerpennya tentu saja saya langsung mencari bukunya. Kebetulan pas banget terbitnya hampir barengan dengan buku Pak Yusi yang warnanya cetar itu. Saya memilih membaca buku ini dulu karena lebih tipis dibandingkan dengan buku pak Yusi yang berjudul Muslihat Musang Emas.
Tidak seperti cerpen saya yang kebanyakan banyak melanturnya, cerpen pak Iksaka ini benar-benar penuh. Maksudnya padat berisi, begitu selesai baca langsung mikir hehe, shock kadang malahan, twistnya itu yang bikin pengin baca semua ceritanya. Pokoknya nggak rugi deh membaca buku ini sampai selesai.
Kadang saya beli buku hanya berdasar buku sebelumnya dari penulis yang saya baca. karena seringnya kalau coba-coba sering kecewanya. Atau hanya berdasar gembar gembor yang ujung-ujungya kecewa itu. Ya walaupun tidak terus kalau penulis baru tidak bagus, ya ada banyak yang segar dan bagus juga. Jadi, yang saya jadikan pegangan sih ke penulisnya saja, asal penulisnya oke, biasanya ya, biasanya sih bagus juga buku-bukunya yang lain. Kalau kamu tertarik sila baca sendiri cerpen -cepennya yang okeh punya. Oke cukup sekian besok-besok saya cerita buku yang lain lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.