Minggu, 03 Maret 2019

Foodie and The City

Judul: Fooedie and The City
Penulis: Nadia Mulya, Joy Roesma, Vania Wobisono
Penerbit: GPU
Tebal: 291 Halaman




“Cookery is as old as the world, but it must also remain, always, as modern as fashion.”

Buku ini saya beli di bulan Februari lalu, dan belum selesai saya baca. Seperti biasa jika menunggu saya selesai membaca waktunya akan lama, jadi saya tuliskan sekarang saja. Saat membaca judulnya mengingatkan saya akan judul film Sex and the City. Jika film Sex and the City mengenai kisah 3 wanita cantik maka buku Fooedie and the City ini ditulis oleh 3 orang sekaligus.

Buku ini tentang apa
Dari judulnya tentu saja buku ini membahas tentang makanan dan gaya hidup. Ada beberaa resep makanan, cara diet yang bermacam-macam, berbagai nama bumbu, referensi tempat makan yang enak dan asik juga cerita-cerita seru soal kehidupan dan makanan. Jujur saja banyak juga istilah yang baru bagi saya, misalnya saja diet Atkins, diet Blekros, Dash dan lainnya.

Tampilan buku
Tampilannya buku ini menarik, warna merah mendominasi sampul dengan gambar mereka- penulis- bertiga. Dan bayak ilustrasi cantik di dalam. Kertas yang warna-warni bikin tidak membosankan juga banyak bertebaran foto mereka bertiga di meja makan yang nampak yummy. Font yang digunakan juga enak dilihat dan bukan semata warna hitam jadi tidak membosankan.

Dari sekian banyak isi, saya mau menuliskan salah satu yang jadi perhatian saya di buku ini. Yaitu tentang diet. Saya sendiri senang makan dan gampang naik berat badan. Jadi berhati-hati dalam makan juga dirasa perlu.

Paleo Diet
Paleo diet ini hanya menekankan pada makanan seperti manusia purba. Yaitu daging, sayur, buah-buahan, umbi-umbian, kacang-kacangan, minyak kelapa, atau madu tanpa tambahan zat pengawet, pewarna, garam atau zat kimia lainnya. Selain itu ada pantangan bagi orang hendak menjalankan diet paleo ini, apa itu? Baca saja di buku ini.

Raw Food
Dari namanya saja diet ini tentu mirip dengan diet paleo hanya saja makanan di sini harus makanan mentah. Atau jika dimasak juga harus dibawah suhu 45 celcius karena menurut penganut diet ini jika dimasak di atas suhu tersebut maka kandungan nutrisinya akan hilang.

Orthorexia
Selain itu di buku ini juga membahas mengenai orthorexia dan gejala-gejalanya. Sebenarnya berhati-hati dalam makan baik tetapi jika sampai ekstrim menjadi kurang baik juga. Kira-kira seperti itulah orthorexia.
Ada beberapa tempat makan bagus yang dibahas di buku ini tetapi karena buku ini terbit di tahun 2015 maka saya kira dalam tempo 4 tahun saja sudah banyak sekali tempat makan baru yang bermunculan. Tapi tentu saja masih ada beberapa tempat makan yang masih menjadi favorit untuk dicoba di beberapa kota yang direkomendasikan.

Saya sendiri dalam hal makan tidak terlalu pilih-pilih. Saya cenderung menikmati makanan gurih dan pedas. Makanan asam sangat beresiko bagi lambung jadi saya jarang sekali menyukai makanan yang asam. Sedangkan makanan manis saya juga tidak begitu suka, makanan bercitarasa manis yang masih saya gemari berkisar bermacam kue basah atau roti. Saya juga cenderung menyukai makanan dengan bumbu yang tidak terlalu rumit atau banyak bahan bumbu yang dipergunakan, bagi saya seperti makan jamu. Saya lebih menyukai makanan yang diolah dengan bumbu yang tidak terlalu banyak atau cenderung ringan di lidah. Selain itu jika makan di luar kalau sudah menemukan tempat makan yang enak dan cukup nyaman maka biasanya saya akan sering datang ke tempat itu dari pada harus mencoba makan di tempat baru yang tidak ada jaminan apakah makanan itu enak bagi saya atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun