Minggu, 06 Desember 2020

Konco

Sebenarnya saya hanya punya sedikit teman. Bahkan yang sering berkontak juga bisa dihitung dengan jari. 

Jaringan pertemanan saya di dunia nyata sangat sedikit jadi nggak heran begitu pula di dunia maya. Dan yang saya agak bingung adalah mencari teman dengan hobi yang kurang lebih mirip atau sepemikiran. Saya suka membaca, buku, menonton film dan semakin lama kadar membaca saya juga mulai ngajak mikir. Memang sih baru sedikit buku yang saya baca, tetapi yang saya rasakan sedikit itu saja membuat saya merasa penuh, euforia karena girangnya saat membaca buku bagus tidak bisa saya bicarakan dengan orang terdekat saya. 

Orang terdekat dan kawan – kawan saya pada tidak suka membaca buku. Bahkan kawan seumuran juga jarang yang begitu. Kalau hobi berkebun masih agak banyak ketemu sih, tapi kalau buku sangat jarang saya temui. Ya kalau ada juga genre bukunya kawan kantor ya sekitaran buku kuliahan gitu, kuliahnya juga ekonomi he he  ganti saya yang nggak paham.

Saya seperti minum air bergelas-gelas, merasa penuh, tapi tidak ada kawan bicara atau bertukar pikiran. Jadi saya sering menuangkan pikiran-pikiran saya ke blog ini saja, sepertinya itu juga lebih aman. 

Saat ngobrol dengan kawan karena komunikasi hanya satu arah, dia tidak bisa memberi saya masukan balik seperti yang saya harapkan. Dan kadang hal ini bikin saya frustasi, mau sharing mau diskusi mbahas sesuatu tapi nggak ada yang paham. Kadang saya menghibur diri dengan melihat atau membaca cuitan akun-akun yang saya ikuti di twitter, atau nonton chanel youtube soal berkebun.

Misalnya saya mau ngomongin indahnya buku Raden Mandasia, buku Collapse, buku Sapiens, lha mereka belum pernah lihat bukunya apalagi membacanya terus gimana? Saat saya mau bercerita isinya juga untuk apa, toh mereka tidak tertarik. Dan jika mau berkawan dengan kawan-kawan di dunia maya  justru saya masih merasa nggak pede, saya belum sepintar mereka, wawasan mereka jelas lebih luas dari saya.

Saya penginnya ngobrol yang dalem tentang sesuatu hal, tapi kawan saya nggak suka. Jadinya kadang saya mencari sendiri info yang saya butuhkan di artikel yang tersebar banyak, di buku, di youtube dan lainnya.

Misal saja saya membahas masalah pernikahan, bagi kawan saya apalagi yang masih muda belum menikah mungkin kalimat saya sangat  frontal terkesan tajam dan sinis. Tapi mungkin saya yang nggak tahu ngomong baik-baiknya gimana, nyatanya kalimat saya pasti dianggap pedas, sinis atau bahkan sarkas bagi mereka. Dan saya males juga jelasin kenapa-kenapanya, males aja.

Beberapa anak baru-baru teman saya sepertinya mereka males mikir berat. Nggak mau mikir berat-berat, males bahas yang ngeri-ngeri, maunya bahas yang lucu-lucu aja yang seneng-seneng aja. lha iya sih barangkali saya yang aneh malah mikir yang aneh-aneh sih. Jangankan mereka lha yang sudah seumuran atau lebih tua dari saya juga males diajak berpikir. Toh ya saya nggak bisa melarang mereka mau begitu.

Kadang saya juga tahu misalnya saya bahas apa gitu, ya mereka menanggapi ya mereka mendengarkan tapi ya hanya gitu aja, lewat aja. Nggak benar-benar ngeh dengan cerita saya. Tapi ya saya males juga jelasinnya, saya biarkan saja. Kelak dia juga tahu dengan sendirinya kalau sudah menjalani. Ngapain saya susah-susah ngasih tahu. Wong dia nggak mau apalagi mencari tau juga. 

Kadang banyak banget yang pengin saya omongin dan mereka belum tentu mau membahas hal itu juga. Tapi ya sudah, mungkin menuliskan di sini bisa mengeluarkan pikiran-pikiran saya juga. Kadang ya saya ngomong sekedar apa yang ingin mereka dengar aja, selebihnya saya simpan sendiri, walau seringnya ya keceplosan juga. Dan bukan kali pertama sih saya dianggap aneh sama lingkungan saya saat ini, sejak saya SMP itu pun saya juga dianggap aneh dan beda dari kawan-kawan saya yang lain. Seharusnya saya nggak usah merasa gimana-gimana lagi sih. Wes lah ngunu wae le ngomyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.