Minggu, 17 November 2019

Perempuan dan Pelecehan Seksual

Dulu, saat masih belum tau mengenai konsep karma atau sejenisnya, masih suka bertanya-tanya: kenapa manusia mengalami hal buruk dalam hidup. Sedikit-sedikit ketemu akun beberapa orang di sosial media yang menjelaskan konsep karma itu tadi dan sesuatu yang lebih rumit lagi tentang itu.

Saat ini kalau aku lihat-lihat lagi akun media sosial dan blog ini sering membahas topik yang itu-itu saja. Khususnya media sosial aku lebih sering menyukai hal yang berkaitan dengan isu lingkungan, misalnya tentang bertanam, energi terbarukan dan kasus perusakan lingkungan, tentang perempuan, film dan buku. Kadang sering gitu orang-orang pada sinis bilang pejuang perempuan yang hanya modal tulisan atau kata-kata di media sosial lagi ini seperti diejek dengan julukan SJW lah atau apalah. Tapi, tujuan itu rasanya terlampau indah untuk bisa direndahkan hanya dengan ejekan semacam itu.

Mau cerita sedikit tentang perempuan dan pelecehan seksual. Karena aku familiar banget dengan hal ini. Tanpa sengaja ternyata lingkaran pertemanan sejak kecil, hingga remaja bahkan sampai besar memang sudah sering ketemu atau bersentuhan dengan hal ini.

Ingat tagar di twitter dulu yang Me Too, sedih banget saat itu baca kalau nggak salah tentang pengakuan para perempuan di media sosial twitter yang pernah mengalami pelecehan seksual. Mirisnya memang saat itu banyak sekali dari mereka (yang saat ini jelas sudah dewasa) pernah mengalami pelecehan atau kekerasan seksual saat masih kecil, saat itu kebanyakan mereka mengalaminya saat SD. Saat anak belum begitu paham, dan dimanfaatkan oleh orang dewasa lain melakukan pelecehan atau kekerasan seksual. Dan sayangnya banyak dari mereka bahkan dari orang terdekat atau orang yang seharusnya melindungi mereka.

Dulu pertama kali mendengarkan cerita atau curhat seorang kawan perempuan yang mengalami pelecehan seksual saat masih sekolah SMP. Saat itu ada kawan perempuan yang bercerita pada kami tentang apa yang dialaminya, sebut saja mbak HD. Mbak HD ini orangnya lucu dan lugu, jadi bukannya ikut sedih saat dia cerita, yang ada mau ketawa saat dia cerita saat itu.

Lanjut saat lebih dewasa lagi dulu pernah ada kawan lagi yang cerita tentang kejadian yang lebih mengkhawatirkan lagi. Kalau ini sampai banyak kawan yang terjun untuk menenangkan si teman perempuan kami ini, namanya sebut saja ND. Sepertinya saat itu dari semua kawan hanya saya yang berhasil mengorek cerita sebenarnya apa yang dia alami, jadi si ND hampir diperkosa oleh salah satu saudaranya.

Lalu saat sudah lebih dewasa ini juga punya kawan yang cerita mengenai hal yang sama. Ada yang mengalami saat SMP dibully oleh semua kawannya dari kelas satu sampai kelas tiga, ada yang mengalami kekerasan fisik oleh pacarnya. Ada yang melihat kawan SD nya mengalami pelecehan seksual oleh kawannya yang lain. Kekerasan ini dari dipukul sampai ditendang, dan mereka ini belum pernah sekalipun bercerita mengenai apa yang mereka alami itu ke orang tuanya. Karena saya nggak menyebut inisial kawan-kawan saya ini, semoga mereka nggak keberatan saya cerita begini, wong pasti kawan saya yang lain juga nggak ngerti siapa yang saya maksud. Belum tentu juga mereka tahu kalau saya punya blog, kalau tahu juga belum tentu mereka baca.

Kenapa saya tiba-tiba menulis soal ini? Karena kemarin saya barusan bicara dengan seorang perempuan yang membuat saya mbrebes mili mau nangis mendengar ceritanya. Sebut saja mbak T. Biasanya dari semua yang sering cerita itu seringnya kawan perempuan ini yang sering sampai berkaca-kaca atau sampai nangis pas cerita, tapi kebalik ini kok saya yang malah baper. Jadi saat bertemu dengan mbak T biasa bercanda-canda saja dan senyum-senyum dengar dia cerita. Dan kemarin dia akhirnya cerita tentang hal yang membuat saya sedih banget, ternyata mbak T mengalami kehidupan yang begitu menyedihkan. Dari pengakuannya sendiri kalau mbak ini butuh cerita, butuh curhat dengan ibunya tetapi tidak pernah didengarkan. Jadi saya memang sengaja membuat dia bercerita biar lega, tapi lama-lama dia cerita malah saya yang hampir nangis mendengarnya karena malah jadi nggak tega. Saya pun kabur kebelakang sambil bawa tisu, sampai diledek yunior saya dengan bilang “nggak usah nangis mbak”. Jadi mbak T ini pas kecilnya pernah dijual ibunya di lokasi prostitusi, padahal masih SD, ditinggal begitu saja sampai nangis-nangis. Dan sekarang setelah dia dewasa dan sudah terlanjur hidup di dunia seperti itu, dia masih harus memikirkan dan menyelesaikan masalah ibunya. Sampai saya bilang ke kawan saya yang perempuan “bersyukur ya kita masih lahir di tengah orang tua atau keluarga yang baik-baik”

Selama ini saya sering berjumpa dengan banyak orang, mendengar ceritanya setiap kali datang. Kadang saking akrabnya saya sampai tahu masalah dia apa, siapa suaminya, anaknya sekolah di mana, tetangganya siapa, kerjanya apa sampai hal pribadi misal perselingkuhan suaminya, atau perseteruan dengan tetangganya.
Intinya apa? Ha ha saya nggak tau intinya apa, simpulkan saja sendiri, saya juga hanya sekedar bercerita saja, agar nggak terlampau berat menyimpan sendirian. Toh sebagian besar saya menyamarkan nama mereka.  Mungkin gini ya :
- Biasakan anak bercerita pada orang tua, biar orang tua jadi orang yang pertama tahu atas apa yang menimpa anaknya.
- Banyak kawan saya yang cerita itu takut cerita karena takut membuat panik orang tuanya.

Btw, cerita tentang kawan saya ini pernah saya tulis dalam sebuah cerita fiksi, dan saya kirimkan untuk ikut lomba tapi karena belum beruntung jadi masih jadi naskah ditumpuk. Saya ingin cerita hidup mereka abadi dalam buku, tapi ya memang belum beruntung saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.