Kamis, 08 Agustus 2019

Grup WA

“...meme mesti dianggap sebagai struktur hidup, bukan hanya secara kiasan, melainkan secara teknis.”-The Selfish Gene-hal 289.

Karena saya lagi membaca buku Sefish Gene dan baru sampai bagian meme, maka saya ingin sedikit menghubung-hubungkan masalah meme ini dengan banyaknya grup WA yang ada di gawai orang-orang. Yang nggak punya grup WA jangan sedih, bikin saja grup WA apa gitu isinya nggak usah banyak-banyak, cukup satu dua orang saja untuk melestarikan gosip eh kabar berita.

Grup alumni SD, alumni SMP, alumni SMA, alumni kampus, RT, rumah dalam satu gang, kelurga besar simbah, keluarga besar bapak, cucunya simbah, kantor, sertifikasi kantor, info pasar, setidaknya itu grup WA di gawai seseorang.

Kadang isinya grup keluarga seperti “wah lagi di pasar nih, nitip apa bude, bulik?”, ada juga grup alumni SMA “yuk reunian, kapan nih diagendakan dah lama nggak ketemu”. Ada juga grup keluarga besar simbah “Mari sarapan, sarapanku ini loh, mana sarapan apa pakde bulik?” sejam kemudian bukannya dijawab malah ada yang mengirim video ceramah ustad siapa. Grup cucunya simbah isinya lain lagi, karena isinya laki semua ada yang ngirim meme dengan gambar perempuan seksi, grup RT sama saja bahasanya nggak karuan, kayak tahunya yang baca isinya hanya yang punya gawai. Nyatanya bisa saja yang membaca justru anaknya, istrinya, suaminya, atau mbuh sapa.

Kalau orang dulu berkomunikasi harus ketemu langsung, ngomong langsung. Tapi sekarang seperti buka tikar lalu jagongan sambil ngopi, cerita ngalor ngidul, berkabar satu sama yang lain tapi lewat gawai dari rumah masing-masing. Apa yang dikabarkan, lagi ada berita apa yang lagi hits, ada kabar apa yang lagi ramai, ada artis siapa yang sedang twitwar, dan lain sebagainya. Termasuk info cuaca, info harga cabai, info orang hilang, info cegatan, dan lainnya. Termasuk melestarikan untuk saling berkirim dan berbalas sindiran melalui meme-meme lucu.

Saya sendiri pernah tahu-tahu dimasukkan grup, dan setelah saya cek ternyata grup temen-temen sekolah dulu. Lucunya saya hanya mengenali satu dua orang teman sekolah saya dulu, sisanya saya lupa-lupa ingat. Setelah sekian belas atau puluh tahun rasanya wajah mereka yang saya ingat hanya beberapa saja. Hebatnya ada satu kawan saya yang ingat semua teman sekelas, bahkan menuliskan nama lengkap teman sekelas dia masih hapal. Sungguh ingatannya bagus benar. Satu dua hari, satu dua minggu masih ramai, berganti bulan mulai sesekali saja ada yang ngetik pesan di grup, selang beberapa bulan, grup seperti mati suri nggak ada sama sekali saling sapa saling ngobrol, dan kemudian sepi nggak ada apa-apa. Saya juga bingung mau gimana, saya pikir juga menuh-menuhin memori. Akhirnya saya simpan beberapa kawan yang cukup saya kenal dan saya tinggalkan grup. Lha saya juga bingung apa fungsinya membuat grup jika tidak ada percakapan sama sekali, dan tidak ada aktifitas apapun.

Oke selamat sore, terima kasih sudah membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.