Kamis, 23 Juli 2015

Terdiam

Terdiam itulah ekspresi saya sewaktu pertama kali membaca berita itu. Aku ingat benar beberapa waktu yang lalu aku masih berapi-api semacam itu. Ada rasa malu yang menyusup di hati, betapa bodohnya saat itu. Begitu mudahnya api itu menyulut bara emosi di dada dan membakar siapa saja. Ya aku pernah dalam posisi itu. Emosi sesaat yang membutakan akal kita. 

Apalagi setelahnya beberapa status di beberapa sosmed sudah ramai dan berbagai reaksi yang muncul. Yang kulakukan hanya diam dan merenung, apakah dengan sebuah lemparan batu dibalas dengan lemparan batu yang sama akan membuat segalanya lebih baik? aku bisa membayangkan yang terjadi selanjutnya adalah di lain tempat aksi lempar-lemparan batu juga terjadi. Jika kau tak suka dengan yang aksi mereka tentu kau tak mau melakukan hal yang sama pada mereka. Jika kau tak suka seseorang berteriak padamu maka jangan berteriak pada orang lain juga.

Pengecut. Itu yang reaksi yang pasti akan mereka katakan. Bahkan saya dengar seseorang berkata, andai saja yang melakukan seperti itu kita pasti sudah dicap A dicap B dan lainnya, tapi lihat ketika mereka yang melakukan reaksinya hanya biasa saja seolah sebuah kekhilafan yang bisa dilupakan. 

Keyakinan kami mengajarkan untuk tidak berlaku seperti yang kalian lakukan, keyakinan kami begitu berharga santun dan luhur, tak hendak berlaku merusak dan menyebar penderitaan ke sesama manusia. Jika ada kelompok yang mengatas namakan keyakinan kami tetapi berlaku sebaliknya itu perlu di pertanyakan. Leluhur kami yang mengajarkan keyakinan itu tak pernah mengajarkan hal semacam itu. Jika ada kalian salah dalam memahami pesan yang mereka sampaikan. Kami diajari bertahan dan melawan tapi bukan menyerang. Jangan salah arti bahwa kami tidak bisa berlaku seperti yang kalian lakukan, kami bisa, tapi kami tidak mau meniru apa yang kalian lakukan pada mereka. Bahkan tanpa mengatas namakan keyakinan tetapi cukup atas nama kemusiaan kami, hati nurani kami tahu benar bahwa yang kalian lakukan salah. Jika kami tak suka dengan apa yang kalian lakukan, kami tak akan melakukan hal yang sama. 

Lihat baik-baik kami menjaga mereka saudara dan kawanmu yang berada jauh darimu ini dengan baik di sini, dan tolong jaga saudara kami yang berada di situ dengan sama baiknya. Kami tak peduli apa keyakinanmu, kami tak peduli apa suku bangsa, tak peduli apa bahasamu, tak peduli warna kulitmu, tetapi sebagai manusia kamu pasti tahu itu.

Jika kita berdiri dan sama-sama membawa bara api di dada dan di tangan kita maka seseorang yang di dekat kita akan ikut terbakar karenanya. Jika air yang kita bawa kemana-mana maka kesejukan yang mungkin kita berikan ke sekeliling kita. Jadi, sebelum bertindak sesuatu maka saya berdiam sejenak dengan apa yang saya baca dan hadapi. Dari mana berita itu, siapa yang menyampaikan, valid tidakkah berita itu. Apa yang melatarbelakangi hal itu, siapa yang terlibat dan masalah apa yang sebenarnya yang memicu hal itu? 

Jika benar itu sebuah kesalahan maka yang bisa dilakukan temukan si salah dan menghukumnya karena harta benda bahkan nyawa ikut menjadi korbannya dan perbaiki semua hingga seperti semula. Dan bagi mereka harusnya ingat benar bahwa di suatu tempat yang jauh dari mereka juga ada kawan dan kerabat yang tinggal menjadi semacam kelompok yang saat itu mereka lukai. Jika mereka mampu sedikit berpikir bagaimana kemungkinan perilaku yang bakal saudara atau kawan mereka terima.

Dalam satu keluarga bisa berbeda bahkan sifat ada yang nakal ada yang baik ada yang penurut ada yang ambisius ada yang pesimistis dan lainnya. Sebaik-baik kita membawa diri saja, dan kita berharap air sejuk yang kita bawa bisa membawa ketenangan dan ketentraman di sekeliling kita.

Semoga bermanfaat kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.