Kapan itu aku ngobrol sambil ngopi bareng beberapa kawan. Semula kami ngobrol biasa membahas hal-hal yang akhirnya berujung pada cerita salah satu kawan tentang keluarganya. Sebenarnya saya sedikit lupa juga kami sebenarnya awalnya ngobrol apaan.
Dia cerita kalau dia pernah hidup di jalanan ibu kota. Hal itu berawal karena kepergian ibunya yang membawa adik kakaknya ke kota lain. Dan karena masalah keluarga kemudian sang ayah juga pergi membawa salah satu adiknya. Jadi dia yang saat itu sedang sekolah sampai ke kontrakannya mendapati kontrakan telah kosong, tidak ada ayah ataupun ibu dan saudara-saudaranya.
Saat itu dia masih berumur sekitar 11 tahunan, dan harus bertahan hidup sembari berusaha mencari bapak ibunya. Karena sang ibu di kota lain untuk kesana dia memerlukan uang dan dia sama sekali tidak memiliki uang. Sedangkan ayahnya dia tak tahu dia pergi kemana.
Apakah pada keadaan itu tetangga kontrakan atau orang-orang di sekitarnya peduli dengan keadaannya? Sama sekali tidak peduli katanya. Jadi dia kelaparan dan terpaksa mengamen di jalan demi mendapat uang untuk membeli makanan dan jika malam dia tidur di emperan toko atau pasar atau tempat lainnya. Dia mengaku pernah di palak anak jalanan lainnya dan bahkan sempat bersama mereka tetapi karena ketakutan dia kemudian kabur.
Dia masih 11 tahunan saat itu, anak seumur itu harus hidup sendirian dan berjuang untuk tetap hidup. Tanpa rumah tanpa makanan tanpa siapapun untuk dimintai tolong. Hingga suatu hari dia jatuh sakit menggigil karena mungkin kelaparan dan deman. Dia hanya bisa menggigil terduduk di bangku taman hingga saat itu ada orang yang melihatnya kemudian melaporkannya ke pihak berwenang. Kemudian dia baru sadar saat berada di rumah sakit, bahkan katanya saat dia ditanya siapa namanya saja dia sampai lupa. Saking bingungnya atau shock dan mungkin karena masih sakit juga.
Dari situ kemudian di antar ke dinas sosial atau penampungan anak jalanan semacam itulah. Di sana sampai beberapa waktu dia dihubungi kalau pihak berwenang sudah menemukan alamat ibunya di kota lain itu. Kemudian dia diantar ke kota itu, dan bertemu keluarga ibunya hingga akhirnya ibunya datang menjemputnya.
Dia bilang kalau dia sampai mengutuk dan benci sekali dengan ayahnya yang meninggalkannya. Dan membuat keluarganya berantakan hingga dia sampai hidup di jalanan untuk beberapa waktu. Kenapa orang tuanya berani-beraninya sampai punya anak lima jika hanya untuk diterlantarkan dan tidak bertanggung jawab.
Sebenarnya aku tidak ijin padanya untuk menceritakan ini, tapi kukira dia tidak keberatan jika aku menuliskannya. Toh aku yakin dia sudah lega dengan bercerita pada kami saat itu, dan semoga hidupnya beserta keluarga kecilnya saat ini baik-baik saja. Selamat Idul Fitri 1441 H, minal aidin wal faizin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.