Penulis: Setyo Hajar Dewantoro
Tebal: 292 Halaman
Penerbit: Javanica
Semula saya tertarik dengan buku ini karena melihat seseorang yang menuliskan jika buku penulis ini bagus-bagus. Jadi untuk permulaan saya memilih buku ini, kebetulan saya pernah melihat buku ini di toko buku. Sebenarnya sebelum buku ini ada buku Medseba, tapi saya belum pernah melihatnya. Sepertinya juga buku tentang meditasi jadi saya tidak begitu tertarik. Selain buku ini juga ada buku satu lagi yang bergambar dua wayang itu, saat itu saya sempat membacanya sekilas, dan saya lebih tertarik dengan buku ini sepertinya.
Di awal buku ini saya agak kecewa, karena di bab awal saya kira bahasannya bukan seperti itu. Apalagi ditambah bagian gambar-gambar di halaman 22-23, saya jadi ragu mau melanjutkan membaca. Uhm gimana ya, saya tuh kadang juga suka membahas hal-hal mistis, tapi pikiran logis saya itu lebih kuat, jadi merasa jauh dari ekspektasi saja saat membaca di bab awal. Saya baru menyukai mulai halaman 231 ke belakang. Ya mungkin karena selera orang beda-beda, jadi apa yang saya suka atau tidak suka juga belum tentu bagus jelek bagi orang lain. Kalau misal anda menyukai buku ini seluruhnya dari awal bab sampai akhir ya sila saja, itu hak anda juga.
Saya selalu mengkaitkan penulis dalam setiap karyanya, mungkin dengan begitu bisa lebih memahami tulisannya. Nah saya juga mencari info mengenai penulis ini, ternyata seperti dugaan saya memang penulis mendalami atau mengkaji ajaran Nusantara kuno, Hindu Jawa, Tasawuf dan Kejawen. Bahkan punya padepokan, owalah batin saya saat itu, pantes saja.
Bab terakhir yang saya lebih bisa terima itu pada bab seni hidup suwung. Suwung sendiri dalam bahasa jawa artinya kosong. Anehnya kalau di kampung saya, suwung itu ledekan untuk orang gila. Jadi kalau ada yang bilang ‘cah kae cen suwung’ itu maksudnya bocah itu memang gila.
Bahasannya banyak, saya tidak bisa sebutkan semuanya. Ada yang saya setuju ada pula yang saya kurang sependapat dengan tulisan di sini. Misalnya saja tentang surga dan neraka di halaman 280. Ya terserah sih kalau misalnya penulis atau para murid dan penganutnya setuju dengan pernyataan itu, tapi saya tidak sependapat. Saya juga kurang tahu dan tidak mau mencari tahu juga sih apa kepercayaan yang dianut penulis tetapi, saya rasa apa yang dilakukan di sini bertentangan dengan ajaran agama saya. Terasa aneh saja sih saat membacanya. Atau mungkin saya saja yang kurang memahami jalan pikiran mereka. Nyatanya buku ini sudah cetak beberapa kali, jadi banyak juga orang yang menyukainya.
Yah itu saja sedikit mengenai buku ini, sila saja membaca sendiri saja jika merasa menyukainya. Dari judulnya sih ada ajaran rahasia leluhur Jawa, barangkali anda penasaran dengan rahasia itu he he.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.