Minggu, 26 Mei 2019

BAIK BURUK ACARA TRAH

Lebaran sebentar lagi datang, silaturahmi antar saudara juga biasanya termasuk acara trah. Biasanya keluarga dengan anggota yang cukup banyak sering mengadakan acara trah ini. Tujuannya selain menyambung silaturahmi antar saudara besar juga tentu saja lebih praktis.


Bisa praktis karena misalnya dalam satu hari harus mengunjungi 10 rumah saudara misalnya, tetapi dengan acara trah ini maka hal itu tidak perlu dilakukan. Tidak perlu karena dengan acara trah maka otomatis semua anggota keluarga besar akan berkumpul di satu rumah saja. Hal ini tentu mempermudah untuk saling silaturahmi, dan tentu saja lebih menghemat waktu dan biaya.

Keluarga saya sendiri tidak mengadakan acara ini, karena keluarga saya cukup kecil dan kebetulan tidak ada yang mencetuskan ide untuk membuat acara trah ini. Saya jadi harus berkunjung ke rumah pakde atau bulik saya sendiri setiap lebaran. Karena jumlahnya tidak terlalu banyak maka hal itu tidak menjadi masalah bagi saya dan keluarga.

Tapi benarkah seindah itu acara trah keluarga besar?
Salah satu saudara dari pihak bapak ada yang membuat acara trah ini. Biasanya masih satu hubungan darah dengan kakek atau nenek buyutnya.  Tapi kata bapak saya dalam acara ini ada ketimpangan yang terjadi. Jadi bapak saya pernah dengar kalau ada yang mengeluh mengenai hal itu pada bapak saya.

Ketimpangan yang saya maksud itu begini. Dalam sebuah keluarga besar tentu saja tidak semua anggota keluarga memiliki tingkat perekonomian yang sama. Ada keluarga yang tumbuh jadi keluarga yang cukup berada, ada pula keluarga yang biasa saja, dan ada keluarga yang bahkan tampak kekurangan. Nah hal ini membuat perbedaan dalam acara trah nampak jelas. Misalnya saja, anggota keluarga dari kalangan berada hanya duduk manis di depan, sebaliknya dari keluarga yang tidak mampu justru berada di dapur memasak dan menyiapkan segala keperluan acara.

Anehnya anggota keluarga yang istilahnya ada di dapur atau ada di belakang ini, terus menerus di setiap acara trah mendapat bagian di belakang. Tidak ada kesadaran dari anggota keluarga yang cukup berada untuk membantu atau bagiamana. Sedang mereka sendiri yang di bagian belakang ini juga merasa tidak bisa menolak ketika diberi tugas di bagian yang sulit itu. Mungkin merasa minder atau gimana dengan anggota keluarga lain atau merasa tidak enak juga.

Contoh yang saya ceritakan di sini memang contoh acara trah di kampung yang konsumsi atau yang lain diurus sendiri jadi tidak melibatkan pihak ketiga. Misalnya di kota acara trah ini mungkin tidak begitu karena untuk acara memilih di restoran, hotel atau tempat lainnya jadi segala urusan dari tempat hingga konsumsi mungkin sudah ditangani oleh pihak pemilik tempat. Jadi mungkin acara trah di kota tidak ada masalah karena semua anggota keluarga besar duduk manis menikmati jalannya acara.

Mungkin juga hal ini tidak terjadi di acara trah keluarga lain yang setiap anggota keluarganya memiliki kesadaran untuk saling membantu. Tetapi apa yang terjadi di kampung saya itu, tentu saja benar-benar terjadi dan mungkin akan terus terjadi. Dimana pihak yang merasa lebih mampu dan tentu saja menjadi pihak yang lebih dihormati merasa bisa memperlakukan begitu anggota keluarga lain yang kurang mampu. Bagi saya ini ironis, bagi orang lain acara ini bukannya mengeratkan tali silaturahmi tetapi justru melukai salah satu pihak. Mungkin semua nampak baik-baik saja, orang lain memandangnya keluarga itu rukun-rukun dan baik-baik saja tetapi siapa yang tahu apa yang dirasakan oleh masing-masing mereka saat acara itu usai.

Saya sendiri juga tidak begitu menyukai acara trah. Bukan menilai acara trah buruk, tetapi saya sendiri yang kurang menyukai acara ramai-ramai seperti itu. Meskipun misalnya saya tidak suka, saya juga tentu harus tetap ikut acara meskipun dengan berat hati. Hanya sekedar ngguyupi saja selebihnya ya hanya saling bertanya kabar. Masalahnya juga seandainya tidak ikut juga nantinya malah jadi bahan omongan, dari yang dituduh sombonglah, angkuhlah, nggak mau ngguyupi itu tadi atau intinya jadi bahan gunjingan. 

Padahal juga acara ini juga bukan acara wajib, wong ya setiap hari kalau mau berkomunikasi dengan keluarga jauh sekarang lebih mudah kok. Bahkan di keluarga besar juga ada grub Whatsapp yang hampir setiap hari aktif saling bertegur sapa berbagi kegiatan dan info lainnya. Sekarang teknologi komunikasi lebih bagus dari pada dulu. Dulu kalau mau ngobrol sama saudara jauh harus ketemu, ngumpul begitu, kalau sekarang dengan video call saja hal itu sudah bisa dilakukan. Tapi entahlah, kadang mungkin bagi sebagian orang bertemu langsung menjadi lebih utama hukumnya. Sedang bagi sebagian yang lain, komunikasi melalui sarana digital itu juga sudah mencukupi, toh intinya sama saja saling berkomunikasi dan bersilaturahmi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.