Jika kau bertanya dimana letaknya, kau tak akan menemukannya. Letaknya di ujung jalan menuju sebuah gang yang buntu. Tidak kau temui sesuatu di sana selain dinding tinggi dengan batu bata merah yang kusam. Beberapa bagiannya sudah copot, gerimpil bahkan ditumbuhi rerumputan.
Aku menemukannya saat pertama kali tanpa sengaja, seorang anak kecil berlari ke arah sana. Aku mengejarnya karena dia tampak sedang menangis dan seperti berlari dari sesuatu yang menakutkannya. Sesampainya di ujung jalan aku tak menemukannya, aku hanya sendirian.
Aku berusaha menata pikianku lagi, tadi benar yang kulihat seorang anak kecil bukan?
Aku tentu saja tidak meragukan pikiranku sendiri kali ini, aku benar-benar melihatnya berlari ke arah ini, tetapi tak ada seekor jangkrikpun yang kutemui di sini. Aku kemudian berjalan meninggalkan dinding batu bata itu kembali ke arah aku tadi masuk, sebuah lorong yang panjang yang tadi kulewati.
Aku terkejut saat aku melihat seekor rusa meloncat keluar dari dinding di sebelah kiriku menembus dinding di sebelah kanan. Sebentar, aku melihatnya meloncat dan menembus dinding? dinding dan seekor rusa? aku benar melihatnya. Lama aku terdiam menghentikan langkahku. Hingga seekor kupu-kupu terbang keluar dari dinding sebelahku dan mengepakkan sayapnya yang mungil berwarna indah keemasan itu dan sayapnya berubah berbulu cokelat, eekor elang merobetk kulit kupu-kupu itu, seekor elang menembus kulit rapuhnya dan muncul begitu saja dari tubuh kupu-kupu itu. Barusan seekor elang indah keluar dari tubuh kupu-kupu itu, baiklah aku tak harus bertanya apakah ini mungkin, atau apakah ini nyata, aku hanya melihatnya dan melihatnya tanpa mengartikan apapun, tanpa menilai apapun yang aku lihat, aku hanya cukup melihatnya saja.
Saat kakiku melangkah ke jalan yang tadi kulewati saat masuk, aku kembali menemukan hal ganjil, tadi jalan itu jalan aspal yang halus dan mulus seperti sebuah meja panjang yang hitam legam keabuan. Tapi saat ini aku tidak menemukan jalan itu lagi, sebuah sungai deras mengalir di depanku, dengan jernih airnya dan juga bonus batu-batu yang hitam.
"Kamu mau kemana?" tanya sebuah suara yang tiba-tiba kudengar di dekatku.
Seorang lelaki berdiri di sampingku. Aku berusaha menjaga jarak, agak menjauhinya, aku tidak mengenalnya, aku tidak mengenali siapa lelaki ini. Dan kedatangannya yang seakan begitu saja ada di dekatku cukup membuatku kaget dan mengambil beberapa langkah menjauh darinya. Tentu aku harus berhati-hati padanya. Aku tak mau tiba-tiba dari tubuh lelaki ini meloncat seekor singa atau lebih mengerikan dari itu.
"Ini dimana kak?" tanyaku kebingungan, dan benar-benar aku dalam situasi seperti itu.
"Tergantung kamu mau kemana, bukan ini tempat apa yang seharusnya kamu tanyakan." Jawabnya sambil berjongkok di dekat sungai dan meminum airnya.
Sungai itu, ya sungai itu tadi berwarna begitu indah, dengan air bening dan sejuk rerumputan hijau, tetapi saat lelaki itu mencelupkan tangannya ke air sungai, semua berubah keabu-abuan, aku melihat sekelilingku, seperti menonton televisi hitam putih semua berubah tak berwarna, hanya kelabu hitam dan putih.
"Tapi kak, tadinya itu ... sungai itu jalan, dan aku tadi mengejar seorang anak di sana." Aku menunjuk, ya tadi di sana sebuah gang yang berujung pada dinding buntu, tapi saat ini dibelakangku berubah sebuah hutan dengan pepohonan tinggi, apa lagi ini? Aku berharap pingsan.
Aku semakin tak mengerti, dan satu-satunya harapanku hanyalah, jangan sampai lelaki itu menghilang, atau setidaknya jangan berubah jadi sesuatu yang lebih buruk dari ini, karena aku bahkan tak tahu harus bicara apa pada sesuatu yang baru kutemui.
Lelaki itu menyulut rokoknya, ya rokok, di tempat kelabu ini hanya warna api yang jingga kemerahan masih nampak memiliki warna. Dia melangkah menjauh.
"Hei kak, kakak mau kemana?" aku memanggilnya dan berusaha mengejarnya.
Dia tak menoleh bahkan tak menghirau panggilanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.