Malam itu aku sebagai pemimpin pasukan khusus mendapatkan mandat dari junjungan kami -seorang ratu yang sedikit judes dan banyak maunya, putri dari Ptolemy seorang yang konon kepercayaan dari raja Zulkarnain-sang ratu Selene. Mandat itu adalah mencari sebuah hadiah untuk ulang tahun ke lima sebuah kafe klangenan sang junjungan ratu Selene. Dan begitulah, pagi-pagi sekali sebelum ayam jantan bangun menggosok paruh bersiap untuk berkokok kami sepasukan prajurit dari istana sang ratu sudah berjalan keluar istana. Tujuan kami hanya satu saja yaitu mencari hadiah istimewa untuk ulang tahun kafe klangenan sang ratu.
Junjungan kami suka sekali makan, kami berencana mencari makanan terenak di seluruh pulau biru tempat kami tinggal. Seorang lelaki tambun dengan topi keemasan kami temui di sebuah kedai makan yang cukup ramai. Dia menjual sejumlah masakan termasuk kalkun yang besar gemuk dan penuh lemak yang dimasak utuh dengan madu dan rempah yang wangi. Saat dagingnya dipotong terasa begitu lunak dengan harum rempah agak pedas dan gurih dengan kepulan asap panas yang masih terperangkap di dalam daging. Matang sempurna, tidak terlampau matang tidak pula mentah, sangat-sangat pas dengan daging yang berbumbu pedas gurih yang masih sangat juicy.
Sayang sekali sang ratu junjungan kami ternyata tidak menyukai daging kalkun yang terlalu gemuk, karena hal itu bisa menyindir bentuk tubuhnya sendiri yang sudah setengah membulat. Dan kami membatalkan pesanan kalkun panggang yang lezat benar itu. Sebagai gantinya kami memesan lima kalkun besar dan empuk sebagai sarapan pagi itu. Tulang belulang kalkun yang tersisa di piring membuat segerombolan kucing sibuk mondar mandir di kaki.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke arah barat di lembah-lembah penuh biri-biri yang berambut tebal. Di wilayah ini banyak sekali dihasilkan kain terbagus dan terhangat untuk musim dingin yang menyiksa. Sebuah jubah indah berwarna biru laut yang teduh dan indah setengah jadi tergantung di sana. Salah satu utusan menyiapkannya apabila aku sebagai pimpinan utusan menyetujui jubah indah untuk ulang tahun yang kami cari. Tapi, sayang sekali segala kesusahan semua pekerja itu lenyap dengan ditemukannya satu kain yang tampak menonjol di antara semua tenunan halus. Binatang-bintang yang memutar mesin tenun itu -seekor keledai yang gemuk kakinya- nampak kelelahan, seharusnya salah satu jubah indah itu bisa kami pesan dan kami berikan bagi sang ratu.
“Tapi ini hanya sebuah kesalahan jahit kecil yang tidak tampak, tuan.” Kata lelaki pemilik perusahaan tenun itu mencoba meyakinkan.
“Ratu Selene bukan manusia yang suka hal kecil mengganggu demikian, bahkan sekedar lipatan satu benang yang salah tempat sekalipun.” Jawabku sambil mengamati setiap kain.
Untuk mengobati kekecewaan lelaki pemilik peternakan biri-biri, kami memesan lima pasang jubah indah dengan berbagai warna untuk sang ratu. Meskipun jubah indah itu mungkin selesai tidak tepat waktu pada hari ke dua puluh lima bulan ini.
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan mencari hadiah untuk sang ratu. Sebuah menara tinggi tempat segala macam buku indah dan hebat diciptakan oleh seorang empu tua yang berjanggut putih menjuntai sampai ke tanah. Empu yang pandai dan bijak itu menulis setiap buku setiap harinya dengan bulu angsa yang panjang dan berkibar-kibar bulu halusnya. Dengan goresan indah dan kata-kata yang menawan kami berniat memesan sebuah ucapan ulang tahun untuk kafe sang ratu Selene. Rumahnya, menara itu, dipenuhi buku-buku dan lembaran-lembaran dalam gulungan yang penuh tulisan. Menyaingi simpanan jutaan arsip di Ashurbanipal atau kota tua Fez. Setelah memesan papan indah yang ditulis pada selembar kulit kambing yang dikeringkan kami melanjutkan perjalanan. Mencari hadiah utama bagi sang ratu Selene.
“Bagaimana jika kita berikan sebuah permata atau perhiasan indah?” usul seorang prajurit pada kawannya yang terdengar di telinga. Yah, seandainya ratu menyukai tentu gampang saja urusan mencari hadiah ini.
Hingga hari ke dua puluh lima masih juga hadiah yang kami cari belum ditemukan. Semua pasukan pencari hadiah ulang tahun sudah sangat kelelahan. Tibalah di ujung perkampungan yang banyak sekali pohon kelapa mereka berhenti dan beristirahat.
Angin yang sepoi-sepoi membuat sebagian orang tertidur. Dan saaat sedang nyenyak-nyenyaknya bahkan salah satunya ada yang mendengkur seperti kereta lewat kerasnya, tiba-tiba ada suara gaduh dari salah satu ujung tempat itu.
“Ada apa?” tanya salah satu kawannya mencoba melihat apa yang terjadi.
Ada sebuah buah yang menggelundung jatuh dari atas berwarna kehijauan dan agak berat. Buah itu tampak keras kulitnya dan sungguh segar airnya. Setelah salah satu prajurit membuka ujung buah hijau yang agak bulat itu. Buah apakah itu?
“Baiklah kita bawa 25 buah ini yang masih muda dan segar berwarna hijau, masukkan ke kereta dan kita kembali ke istana.” Teriakku pada semua pasukan.
Kamipun berangkat kembali ke istana ratu Selene dan membawa hadiah itu. Sebuah bungkusan indah kado untuk ulang tahun ke lima kafe milik sang ratu Selene. Hadiah yang tidak akan habis dimakan, tidak akan hilang dan lapuk dan bisa terus dinikmati. Apakah isi kado itu?
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun ke lima Warung Blogger.
Udah ada pengumuman pemenangnya belum???
BalasHapusEh, masih ingat saya gak ya???
belum mas masih besok sepertinya
Hapuswah yo ingat, katanya sekarang sibuk ya jadi jarang bw dan nulis lagi mas :)