Kawan saya bercerita, dia pernah divonis dokter sakit kanker dan hidupnya kemungkinan tinggal empat bulan lagi. Saat itu kawan saya sedih sekali, kemudian dia ingat satu hal, bahwa kematian Tuhan yang menentukan bukan seorang manusia bahkan jika itu pernyataan seorang dokter. Berbekal keyakinannya maka dia berobat dan beroleh kesembuhan. Dia masih hidup hingga belasan tahun kemudian bahkan sampai memiliki 4 orang anak.
Sebenarnya saya tidak bisa membayangkan jika suatu saat seseorang memberitahu saya -misalnya- hanya punya waktu 8 hari saja untuk hidup. Bukan delapan tahun atau delapan bulan tapi hanya delapan hari. Apa yang akan saya lakukan?
Sewaktu dulu saya sakit keras, saya sudah menyerah dan berpikir bahwa mungkin saya akan mati. Saya benar-benar pasrah, jika memang waktu saya tinggal sebentar lagi. Alhamdulillah saya masih diberi waktu hingga saat ini.
Di saat saya sakit keras itu, terpikirkan beberapa hal yang akan saya lakukan jika saya masih diberi umur panjang. Selain itu, yang membuat saya sedih adalah ada beberapa hal yang tidak mungkin saya lakukan lagi atau bertemu orang-orang yang saya sayangi. Memikirkan bahwa saya tidak akan bisa bertemu dan berbicara dengan mereka membuat saya sedih dan sekaligus takut. Ada satu hal yang belum saya wujudkan saat itu dan yang membuat saya sedih karena hal itu menyangkut orang-orang yang saya sayangi. Jadi bukan tentang saya, tetapi tentang orang-orang yang akan saya tinggalkan.
Saat suatu pagi kondisi saya menurun, saat itu saya sudah pamit ke suami yang menunggu saya dekat tempat saya berbaring di rumah sakit. Selama ini waktu saya di rumah banyak saya habiskan bersamanya dan anak saya. Jadi yang saya katakan waktu itu adalah permintaan maaf. Kemudian suami saya berujar agar saya jangan berpikir yang tidak-tidak, dan agar saya yakin untuk sembuh.
Inilah yang terlintas di kepala saya saat itu, beberapa hal yang harus saya lakukan sebelum saya pergi. Jika kamu pernah sakit parah mungkin kamu pernah berpikir sampai hal yang seperti itu. Dan jika waktunya tinggal 8 hari maka inilah 8 hal yang akan saya lakukan semampu saya.
Day 1
Yang terlintas di kepala saat itu bukan makanan enak, tempat-tempat indah atau bertemu artis idola. Saya hanya berpikir jika saya pergi, yang dihisab kelak adalah amal ibadah saya dan itu termasuk jika saya memiliki hutang. Baik itu hutang puasa, hutang uang, hutang janji dan lainnya. Maka saya akan melunasi hutang saya dulu atau setidaknya saya beritahu suami tentang hutang yang saya miliki. Karenanya jika saya memiliki sisa hutang puasa saat bulan Ramadhan saya biasa menuliskannya di kalender, agar suami tahu dan membacanya seandainya saya belum mengatakannya.
Day 2
Kemudian di hari kedua saya ingat betul bahwa yang saya lakukan adalah meminta maaf kepada suami dan anak saya. Karena tentu ada ucapan dan tingkah laku yang sengaja ataupun tidak sengaja pernah melukai hati mereka. Selanjutnya tentu bapak, ibu, mbak, adik, saudara dan kawan-kawan saya.
Day 3
Salah satu hal yang saya ingin lakukan adalah mengembalikan barang atau hak yang saya ambil tanpa kerelaan pemiliknya. Saya ingat betul, dulu pernah ada salah satu teman akrab yang lama terpisah tiba-tiba mengirimkan sepucuk surat. Yang isinya meminta kerelaan saya atas barang atau apapun yang dia ambil tanpa kerelaan saya. Saya tentu ingat ada satu dua barang yang terbawa atau kelupaan saya simpan dan belum saya kembalikan. Karena pemiliknya sulit saya temukan lagi, saya akhirnya memutuskan untuk mendonasikan barang itu. Saya berniat saat memberikan barang itu, bahwa semua kebaikan yang dicatat dari barang itu, selama barang itu masih utuh dan digunakan maka amal kebaikannya adalah milik pemilik barang itu, semoga Tuhan mendengarnya.
Day 4
Saya menyadari bahwa sebagian besar hidup saya selama ini saya gunakan untuk mengejar hal duniawi saja. Maka jika saya hanya punya 8 hari saja saya akan menggunakannya untuk berbuat kebaikan, apapun itu. Misalnya membantu orang lain, ikut menjadi relawan kegiatan sosial, ikut aktif menyebarkan kebaikan dan lainnya. Sekecil apa pun kebaikan itu, semisal hanya menolong kucing di jalan pun akan saya lakukan.
Day 5
Hari ke 5 akan saya gunakan untuk mewujudkan impian masa kecil saya. Apakah itu? Pokoknya ada. Meskipun hal itu sulit, saya akan mengambil langkah paling kecil untuk menuju ke sana. Setidaknya saat saya pergi, saya telah berusaha mewujudkannya.
Day 6
Sebenarnya, saya punya banyak pertanyaan dalam hidup. Sampai saat ini baru sebagian kecil saja yang terjawab, itu pun jawabannya belum membuat saya merasa puas. Tentu saja jika saya hanya memiliki 8 hari itu maka akan saya gunakan satu hari untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Semua yang selama ini mengendap dan saya simpan sendiri, padahal saya sangat bertanya-tanya akan hal itu.
Day 7
Jangan tertawa, sebenarnya saya penasaran dengan belahan jiwa atau soul mate saya. Jadi jika saya akan pergi dan meninggalkan dunia ini maka saya bakal make a wish untuk bisa dipertemukan dan mengenal soul mate saya. Jika soul mate itu benar-benar ada.
Day 8
Saat hari terakhir adalah saat saya dan Tuhan saja. Jika semua keinginan jiwa dan raga sudah terpenuhi, semua berkah, tangis dan tawa sudah terlewati, semua tanya bertemu jawabnya maka hati saya seharusnya sudah mantap dan tenang untuk pergi. Di saat terakhir saya ingin didampingi oleh orang yang saya sayangi.
Demikian 8 hal dalam 8 hari sebelum pergi. Dan semoga kita masih diberikan waktu yang cukup untuk memperbaiki diri.
Bener banget, hidup dan mati memang rahasia Ilahi. Panjang umur penuh berkah untuk kita semua. Aamiin...
BalasHapusiya pak, semoga kita semua diberikan umur panjang dan berkah, amiin yra
HapusItu membuktikan bahwa usia bukan urusan manusia ya mbak, melainkan urusan Tuhan :)
BalasHapusSemoga sukses GA nya ya :)
bener mbak dan jangan berhenti berusaha
Hapusmakasih mbak :)
Hal ini sama dengan ilustrasinya yang benar benar terjadi. Beberapa pelaku terpidana mati kasus Narkoba Jilid II yang sudah dieksekusi juga sudah pernah diiput beberapa media massa nasional. Apa dan bagaimana perasaan mereka (para terpidana mati) kalau usianya sudah bisa diketahui akhirnya? Bagaimana perasaan mereka begitu tau ajalnya sudah dekat? Ini menjadi bahan kajian kita bersama . Memberi pencerahan bagi kita semuanya
BalasHapusngeri juga kalau cara meninggalnya seperti itu ya pak
Hapuskasihan tetapi gimana lagi, hukumnya seperti itu
makasih pak Asep dah mampir ke sini :)
Mendekati kematian, ternyata yg dibutuhkan manusia sangat sedikit dan tidak perlu uang, yaitu maaf.
BalasHapusitu kalau saya mbak, mungkin setiap orang berbeda-beda
Hapusmungkin keinginannya atau ingin melakukan apa selama waktu yg tersisa
Kalo gw pengen juga mensedekahkan semua milik dijalan Allah sebelum ajal menyemput
BalasHapussip mas, jangan lupa untuk yang ditinggalkan kalau ada
Hapussemisal ada anak istri hehehe
Terimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
BalasHapussama-sama mb Namora, aamiin aamiin yra
Hapusterimakasih sudah mampir di sini