Selasa, 26 Januari 2016

Kayu Manis Keju dan Gula (6)

Cerita sebelumnya.
Saat musim panas dan gerah adalah saat terbaik menikmati kesegaran buah. Buah yang sering aku temukan di atas meja atau di keranjang adalah apel, semangka dan pisang. Dean pernah mengajakku ke kebun. Di sana, aku melihat bagaimana benih-benih semangka yang hitam agak pipih dan bulat kecil itu di tanam. Dibenamkan di tanah tidak terlalu dalam hanya beberapa ruas jari tangan.

Kata Dean jika terlalu dalam maka benih akan sulit tumbuh atau bahkan menjadi busuk. Tanah yang merah gembur dan sedikit basah adalah tanah yang baik untuk tumbuh benih-benih itu. Tanah yang sedikit gelap berwarna hitam seperti lempung hitam yang lengket benih semangka kurang baik tumbuhnya. Tunas kecil akan keluar menyembul dari tanah setelah beberapa hari. Tanah akan terangkat ke atas dan keluar tunas kecil yang masih dalam bungkus biji kulit semangka. Jika telah terbelah dan jatuh maka muncul kuncup kecil tunas yang berwarna kekuningan. Setelah itu berubah menjadi hijau muda, lalu hijau tua.

Sepasang daun muda yang lain juga akan tumbuh setelah itu, dengan bentuk yang lebih baik menyerupai daun dewasa. Berbenuk jari dan meruncing di ujungnya. Bulu-bulu halus akan tumbuh di sepanjang sulur, batang dan daun. Kamu bisa melihatnya saat pagi, saat matahari masih mulai naik. Sedikit gatal jika terkena kulit.

Setelah beberapa minggu batang mulai memanjang dan menjalar ke segala arah. Para pekerja kebun akan meluruskan arahnya hingga rapi. Dean dan mereka juga memangkas sulur-sulur yang tidak diperlukan. Mereka hanya menyisakan satu atau dua batang dari satu tempat tumbuh. Potongan sulur atau cabang muda akan sering terlihat di sepanjang jalan diantara gundukan tanah tempat benih tumbuh. Terinjak-injak sepatu Dean dan pekerja lain. Menunggu layu, hingga kering kecoklatan. 

Buah kecil akan tumbuh dari bunga yang telah diserbuk oleh serangga. Aku sering melihat tawon kuning hinggap dari satu bunga ke bunga lain. Semula buah itu seukuran jempol tangan, lalu membesar sebesar bola tenis kemudian tumbuh terus hingga sebesar bola basket.

"Saat kamu belum terbangun mereka sudah di sini." kata Dean.
"Iyakah? Pantas saja aku tak pernah tahu."
"Lelaki itu mengangkat ember-ember penuh air di pagi buta, satu demi satu dicurahkan. Lihatlah saat tanah gembur itu diguyur air, seperti begitu kehausan dan langsung menyerapnya habis."
"Bangunkan aku saat pagi Dean. Aku juga mau melihatnya."
"Tentu. Kamu akan mendengar suara air yang tercurah dan langkah-langkah kaki yang menjejak kuat di tanah. Saat hembusan angin masih belum ada, saat burung baru berangkat dari sarangnya. Tenang dan sangat sejuk."

Aku, Dean atau papa suka sekali memotong buah dari tangkai pohon. Jika diketuk akan terdengar bunyi nyaring. Seperti kulit semangka itu merenggang sempurna, semacam gendang kecil yang dipukul bersuara nyaring. Warnanya kulitnya cantik, seperti dilukis, hijau muda, kuning dan sedikit putih yang agak kelabu. Berselang seling warnanya membentuk guratan memanjang dari atas ke bawah..

Jika dibelah buah yang matang sempurna akan berbunyi 'krak' yang tidak begitu keras. Kemudian buah itu akan membuka sendiri meski tidak seluruhnya terbuka saat ujung pisau membelah buah itu. Dengarlah suaranya saat mengiris daging buahnya yang merah segar, bunyinya 'kres' segar dan renyah sekali. Biji-biji kecil berwarna putih bertebaran di antara daging buah yang merah, itu semangka tanpa biji. 

Aneh juga sesekali Billie suka bermain disini, mengejar kelinci, tikus atau belalang. Tapak kakinya akan bertebaran di mana-mana. Aku merindukannya. Di sakuku masih aku simpan kalung Billie yang kudapat dari laci Sofia. Perempuan itu, aku curiga dia menyembunyikan Billie di suatu tempat. Tapi di mana aku tak tahu. 

***

Aku menemukan sebuah pintu di kamar Sofia. Pintu kecil di dekat tempat penyimpanan baju dan sepatunya. Hanya kecil tak cukup untuk dua orang. Tapi pintu itu terkunci dan aku tidak tahu di mana Sofia menyembunyikan kuncinya. Mungkin di laci, mungkin di lemari atau entah di mana.

Kupingku kutempelkan di kayu pintu, tak terdengar sesuatu. Hanya hening yang tersisa di kamar itu. Lalu aku mengintip dari lubang kunci, tetapi hanya gelap yang ada. Ruangan apa sebenarnya itu? Aku tak tahu. Tetapi ada bau yang tercium dari sana, bau yang sering kucium jika Billie bermain di lantai. Kemudian suara seperti cakar lemah yang menggaruk kayu pintu.

"Billie..." aku mencoba memanggilnya, entah kenapa aku berpikir itu Billie. Aku yakin ada seekor binatang di sana.

"Apa yang kau lakukan di sini Carol?" sebuah suara membuatku tersentak kaget.
Saat aku membalikkan tubuhku, sepasang mata Sofia yang kelam menatap curiga. Aku masih berjongkok di depan pintu.

"Ruangan apa ini Sofia? Ada tikus di sana?" tanyaku kemudian.
"Bocah kecil tidak boleh bermain di sini, jika bermain keluarlah di ruang depan."
Sofia mendorong punggungku keluar kamar, bahkan kuku-kuku panjangnya kurasakan menyentuh kulit punggungku. Suara omelannya masih panjang dan aku memilih untuk pura-pura tak mendengarnya saja.

*Bersambung

2 komentar:

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.