Sabtu, 28 November 2015

Kayu Manis Keju dan Gula (2)

Kisah sebelumnya.
Dua potong besar pai apel tersaji di atas piring. Gadis kecil itu memakai sendok kecil untuk memotong pai, sedikit kering dibagian luar. Akhirnya dia mengambil potongan kecil pai itu dengan tangannya. Campuran gandum gula dan margarin terasa menyatu, ditambah irisan-irisan apel segar yang sedikit asam dan berbunyi 'kres' saat digigit. Sedikit campuran madu menambah pas rasa asam dan manis serta aroma cengkeh yang hangat di hidung. Adonan yang lembut pai dari dapur itu terasa lumer di mulutnya.


Kayu Manis Keju dan Gula
Perempuan setengah baya sedikit gemuk itu kembali dari dapur, membawa segelas susu hangat. Sapi yang malang, gumamnya dalam hati. 

"Habiskan sayang, juga susunya. Setelah itu basuh kulitmu dan segera berganti pakaian." Dia mulai mengatur ini itu lagi. Gadis kecil dengan rambut cokelat dikepang dan disusun rapi di atas kepala itu mengangguk saja.

Perempuan gemuk itu seperti salah satu anggota keluarganya, menggerakkan semua orang di rumah itu. Mungkin tanpa dia orang-orang di rumah itu akan terdiam tak bergerak. Dari sejak bangun pagi, sarapan, dan menghabiskan semua makanan yang dibuatnya. Mulai roti, salad hingga daging panggang.

Dia memandang punggung perempuan itu menjauh menuju lantai atas, manaiki satu persatu anak tangga. Hingga hilang dibalik pintu kamarnya. Tinggallah dia dan segelas susu hangat yang mengepul dan piring pai yang kosong. Dia meletakkan sendok kecil di atas piringnya yang hanya menyisakan remah-remah pai yang berserak. Biasanya Billie si siberian husky abu-abu yang menghabiskan susunya, tapi kali ini dia tampak sibuk menggonggong mengejar kuda-kuda pamannya.

Kaki mungilnya mengenakan sepatu kain tipis bermotif bunga-bunga kecil berwarna ungu dan daun-daun kecil yang nampak seperti bunga rumput. Tali sepatu warna putih dan kain abu-abu yang terang menjadi warna dasar sepatunya. Rambutnya yang kecoklatan disisir rapi oleh perempuan gemuk dan diberi pita warna pink dan putih yang cantik. Gaunnya warna pink dan biru muda bertumpuk lucu. Dia kemudian berlari menuruni tangga rumah menuju ke ruang tamu.

"Jangan kotori lagi gaunmu sayang." Teriak perempuan itu dari lantai atas.

"Iya." Jawabnya pendek tanpa menoleh.

Langkahnya terhenti saat di depan pintu di ruang tamu nampak seseorang yang dikenalnya.

"Papa." Dia menghambur mendekat. Wangi rambut cokelat itu kembali menyapa penciumannya.

Lelaki itu memeluknya erat. Seorang perempuan berdiri di sampingnya. Perempuan yang tidak dikenalinya. Wajahnya tirus denga mata dalam yang kecil dan berwarna hitam, bukan cokelat seperti miliknya. Gaunnya lebih rumit dan semarak bukan elegan seperti milik mamanya dulu.

"Caroline, perkenalkan ini  tante Sofia, dia tinggal sementara di sini bersama kita."  

Gadis itu enggan mengulurkan tangannya yang mungil, saat wanita itu sedikit mendekat dan menunduk menatapnya. Hanya sekian centi dari mukanya.

"Hai Caroline, kau manis sekali."

Wangi parfumnya sangat norak tercium di hidung, bukan aroma bunga yang lembut tetapi seperti kayu dan buah yang aneh. Tapi sepatunya cantik, berwarna merah tua dan topi lebar berhias bulu berwarna sama yang menutupi rambut hitam legamnya.

*Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.