Buah sebagai kebutuhan kita sehari-hari banyak kita jumpai di sekeliling kita. Tetapi kadang ada beberapa jenis buah yang belum pernah kita lihat atau bahkan mencicipinya. Beberapa diantara buah-buahan yang hanya di beberapa tempat tertentu bisa tumbuh dan berbuah. Apalagi jika buah yang saya maksud termasuk buah langka. Terkadang buah langka belum tentu seenak buah yang biasa kita jumpai di toko buah, tetapi karena sulit mendapatkannya jadi rasanya berbeda.
Mertua saya suka menanam pohon langka. Biasanya bapak mertua menanam bijinya. Misal menemukan buah langka maka bapak akan menyisihkan bijinya untuk dibawa pulang dan ditanam. Di sini kesamaan antara bapak saya sendiri dan bapak mertua, sama-sama suka pepohonan dan berkebun. Karena itu saya juga suka menyimpan biji-bijian yang saya makan buahnya, seperti pare, pepaya, cabai, sirsak dan lainnya. Kemudian jika saya mau saya akan menyemai bijinya. Pernah saya terlalu banyak menyemai biji pepaya Kalifornia, pohon pepaya tumbuh cukup besar dan halaman saya hanya kecil. Saya juga menanam hanya dalam pot. Akhirnya sebagian saya bawa ke rumah bapak di kampung dan berhasil berbuah, padahal pohonnya tidak begitu tinggi. Sisanya akhirnya saya bagikan orang dan tetangga yang lewat dan ingin menanamnya.
Pohon buah langka contohnya pohon Matoa. Bapak mertua saya yang menanamnya. Kata bapak dulu pohon itu dari daerah asalnya, ditanam dari biji buahnya juga. Beberapa waktu yang lalu ketika bapak mertua saya berkunjung ke rumah, bapak membawa buah Nam Nam cukup besar berwarna kuning. Saya sempat bingung melihatnya karena Nam Nam atau Nam Naman kalau di kampung dulu saya temui buahnya kecil-kecil saja. Saya ingat rasanya sepet sekali kalau masih hijau atau muda, warnanya jadi kuning dan rasanya sedikit asam ketika sudah matang. Bapak kemudian menanam biji Nam Nam itu di pot, katanya buah langka, padahal pohon dan buah Nam Nam dulu banyak sekali saya jumpai di kampung saya. Sekarang biji itu sudah tumbuh, tapi karena saya biarkan di pot jadi tumbuhnya cukup lama. Berikut di bawah ini penampakan buahnya.
Sumber gambar: Ibujempol.com |
Sewaktu kecil dulu di kampung suka sekali mencari buah-buah liar di kebun, saya kira anak zaman sekarang sudah tidak tahu apalagi melihatnya atau memakannya. Salah satunya buah Buni, saya mengenalnya dengan nama Wuni, seingat saya pohonnya besar dan buahnya bergerombol seperti anggur tetapi buahnya kecil-kecil. Ada juga lempeni yang pohonnya seingat saya pendek dan daunnya lembut, rasanya sepet-sepet manis. Kalau gambar buah dibawah ini bernama Buni. Seingat saya buah Lempeni juga mirip seperti ini, kalau Wuni agak berbeda.
Sumber gambar: Kaskus user Ballball |
Selain buah tersebut saya pernah memakan buah yang berbulu, cukup besar seperti jambu bangkok dan berwarna merah hati dan ada yang kecoklatan. Daging buahnya legit dan manis. Saya jarang menemui pohon dan buah ini. Namanya buah Mentega. Googling saja jika ingin tahu buahnya seperti apa. Buah langka selanjutnya Duwet, buah kecil berwarna ungu kehitaman, rasanya asam manis sepet. Waktu kecil buah itu sering sekali saya beli di pasar dan masih gampang ditemui di daerah pegunungan. Buah langka lain yang pernah saya lihat adalah buah Kepel, saya ingat pohon Kepel ini saya jumpai di depan masjid dekat rumah tante saya. Pohonnya tegak lurus dan besar sekali, dengan buah yang banyak menempel di batang bagian bawah. Wujudnya seperti buah sawo tapi bulat dan sedikit lebih besar, tapi sayang saya belum pernah memakan buahnya. Buah langka lain yang pernah saya makan Langsep atau Kokosan, ada yang merah dan putih, rasanya kecut-kecut manis. Buahnya berwarna kuning kecoklatan bergerombol seperti buah anggur, kecil-kecil sebesar kelengkeng. Kalau di pasar kampung masih gampang di temui buah ini.
Sebenarnya saya membahas tanaman dan buah langka karena beberapa waktu lalu saya melihat buah aneh dan penjualnya bilang kalau itu buah apa gitu saya lupa, karena penasaran saya kembali ke sana dan membelinya. Setelah googling saya kira itu buah Mundu, seingat saya Mundu atau Kemundu tidak begitu, maka saya cari informasi lagi ternyata ada blog yang menamai buah itu Sawo Durian, di blog abesar23.blogspot.co.id buah itu penampakannya mirip dan di sebut sebagai buah Genitu, nama latinnya sama dengan Sawo Durian itu.
Buah Genitu |
Penampilannya sebesar buah sawo agak mirip jambu biji, warnanya hijau cerah, saat pertama kali saya lihat masih segar. Sayang sekali saat kembali beberapa hari kemudian sudah sedikit layu. Saya belum pernah memakannya, saat itu saya buka pakai pisau ternyata daging buahnya putih dan berbiji. Harganya cukup murah Rp 5.000/ kg dan rasanya manis sekali, saya memakannya langsung tanpa sendok, daging buahnya lembut dan ternyata seusai makan bibir berasa kena getah jadi lengket. Ternyata kulitnya memang bergetah.
Buah Genitu |
Demikian sekilas mengenai buah-buahan langka yang pernah saya temui, semoga bermanfaat.
yg bikin langka kan karena kurang populer sehingga kurang permintaan. kurang permintaan bikin orang malas nanam, malah mungkin pohonnya ditebang.
BalasHapusseperti juwet yg rasanya sepet, siapa yg mau?
bahkan buah populer pun varietasnya ada yang langka. pernah lihat durian sekepalan tangan? aku pernah bertemu dan makan buah durian "mini" ini waktu cari cempedak di hutan. tapi durian jenis ini tentu tidak ada yg mau menanamnya, kalah pamor sama saudara besarnya, durian montong.
sebenarnya sayang sekali kalau sampai punah. selain memiliki kekhasan tersendiri, buah lokal yg langka juga eksotis.
iya benar juga begitu, mungkin kalah populer dengan buah yang lain.
Hapusbelum pernah lihat sih kalau durian seperti yang kamu maksud, sepertinya buah-buahan hutan ya. Buah-buahan liar yang banyak di jumpai di hutan. Hanya pernah lihat temen yang upload buah-buah hutan di Kalimantan.
Tapi bagi kolektor buah langka, atau tanaman langka biasanya mereka suka berburu sampai ke pelosok sekalipun.
Saya juga senang menanam tanaman yg bermanfaat buat kesehatan.salau satunya tanaman lempeni.mari lestarikan tumbuhan indonesia.
BalasHapuswah saya malah baru tahu kalau tanaman itu punya manfaat buat kesehatan. Terimakasih sudah berkunjung di blog ini
Hapus