Jumat, 09 Oktober 2015

Asap

Alangkah sesaknya hidup di tengah asap. 

Dulu, di kampung saya jika tiba musim panen padi hal semacam itu selalu terjadi tetapi dalam skala kecil karena sawah dekat rumah juga tidak begitu luas. Dan biasanya musim tanam padi tidak berbarengan jadi tidak semua dibakar.

Biasanya batang padi yang disebut damen dalam bahasa jawa, akan dibakar oleh petani. Hal ini karena batang itu akan mengganggu untuk penanaman padi berikutnya. Maka cara praktis adalah membakar batang padi kering itu. Lumayan menyesakkan asapnya, bayangkna saja batang padi sebanyak itu dibakar oleh serentak beberapa petani.

Batang padi sebagian memang dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti sapi kerbau dan lainnya. Tetapi sisanya masih cukup banyak di sawah sehingga menumpuk seperti gunung-gunung kecil. Pembusukan batang padi tersebut cukup lama. Sementara sawah akan ditanami padi kembali serta kemungkinan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman padi berikutnya. Apalagi jika menyebabkan hama lain karena sampah batang padi ini. Petani juga mempercayai abu pembakaran batang padi cukup menyuburkan tanah persawahan.

Pembakaran batang padi ini berlangsung beberapa minggu saja. Bagaimana jika itu sampai beberapa bulan seperti di Riau dan sekitarnya. Yang dibakar juga lahan kosong atau bahkan hutan untuk penanaman sawit atau yang lain. Saya tidak membayangkan, apalagi dengan jangkauan lahan yang cukup luas dan serempak. Saya berkali-kali membaca kawan dan saudara saya sendiri yang terus mengeluh sesak nafas di sana. Apalagi anak kakak saya sendiri menderita asma, kasihan sekali dia. Pembakaran itu sudah polusi udara dan sangat berbahaya, bayangkan itu terjadi setiap hari di setiap tempat sesak oleh asap bahkan di saat tidur, betapa mengganggunya.

Semoga segera hujan, dan asap itu segera hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.