Jumat, 22 Mei 2015

Surat Untuk Ibu

Selamat Pagi bu,
Bagaimana cuaca surga pagi ini? sejuk, dingin atau hangat?
Kuharap ibu baik-baik saja di sana.
Apakah ibu sedang minum teh? atau di sana ada minuman seperti jus, kopi atau bahkan jamu.
Apa kabar simbah dan pak lik atau bude di sana, ponakanku yang ganteng-ganteng apa kabarnya? Sampaikan salam rinduku juga pada mereka.
Bagaimana kabar kakakku, dia di sana dengan ibu kan? pasti dia mewarisi wajah ibu.
Oh iya bu, sampaikan simbah kalau aku sering menengok bekas rumahnya agak kurang terawat banyak rumput tinggi di kebun sekarang. Mungkin besok lusa ku minta paklik Dar membersihkan kebun itu.
Aku masih ingat saat simbah memotong ketela untuk ayam-ayamnya, sambil merokok klobot di samping rumah simbah di sana.


Bu, mbak sehat aku juga. Cucumu sudah besar-besar sekarang, yang cowok anak mbak sudah jadi remaja.
Anak kedua mbak jago memborong piala, dari renang, lukis, taekwondo, nari, nyanyi semuanya.
Kukira mbak benar-benar berhasil menjadikan dua jagoannya jadi juara.
Yang cewek, cucumu di Yogya tak sepintar itu tetapi aku berusaha sebisaku menjaganya.
Setidaknya comel berani menari di atas pentas dengan pedenya.
Semoga dia nanti bisa mengejar prestasi dua saudara sepupunya.

Bapak sakit sudah sebulan lebih bu, tetapi sudah sehat sekarang.
Mungkin sebenarnya ibu sudah tahu semua yang kutulis ini. Bukankah ibu juga sering melihat kami dari sana?
Kadang aku bilang kami baik-baik saja, bukan benar-benar baik sebenarnya saat aku mengatakan itu, tapi dengan mengatakan itu mungkin kami merasa lebih baik.
Ibu juga tahu betapa keras kepalanya kami berdua, dan ibu juga mendengar dan melihatnya bukan karena apa. Aku dan mbak berjanji agar selalu kuat demi cucumu, dan selama ini kami bisa bu.

Saat kemarin bapak sakit, aku ingat tentangmu bu.
Seandainya saat itu ibu lebih cepat dibawa ke rumah sakit.
Seandainya ibu cepat tertolong...ah sudah takdir, jalan ibu untuk pulang.
Kuharap di surga ibu bahagia. Berkumpul dengan orang-orang tercinta yang lebih dulu pulang.
Mungkin kelak entah kapanpun itu aku atau yang lain juga kembali ke sana, bertemu dengan ibu.
Mungkin jika bertemu aku akan memandang wajahmu lama-lama.
Karena aku tak ingat wajah ibu, sama sekali.
Foto hitam putih yang mbak simpan saat ibu menikah dulu, itu satu-satunya yang mengingatkanku.
Jangankan kenangan, wajahmu aku lupa bu, aku mencoba mengingatnya tapi tak bisa.
Salam buat semua di sana bu. Kami sayang dan rindu padamu. Doa kami selalu untukmu.

Peluk cium
-anakmu-

"Tulisan ini disertakan dalam giveaway 2 tahun blog Kata Reffi"

6 komentar:

  1. manis banget mb..
    namun sedih juga hik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gustyanita Pratiwi : makasih, sedih ya bacanya, apalagi aku yang nulis ..

      Hapus
  2. kalau kata orang sunda mah, nyeredet hate yg artinya sedih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Santi Dewi : waduh pada sedih semua bacanya, maaf.
      terimakasih sudah berkunjung

      Hapus

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.