Rabu, 16 September 2020

Buku: Collapse - Runtuhnya Peradaban-peradaban Dunia

Beberapa waktu lalu saya membaca twit seseorang di twitter yang menyebut tentang buku Collapse. Padahal sudah lama juga saya tertarik buku-buku Jared Diamond, karena bukunya ada satu barisan dengan buku-buku tebal yang saya beli kemarin –kemarin. Karena saya membaca beberapa bukunya memang sering meneliti tentang masyarakat di Papua, di negeri ini tentunya.

Setelah membaca twit itu saya langsung memesan melalui Wa ke toko bukunya, dan hari berikutnya langsung sudah sampai ke tangan saya. Bukunya cukup tebal juga ada 731 halaman, dengan sampul segar berwarna hijau muda dan gambar piramida suku Maya. Terbagi dalam empat bagian besar dengan sub babnya masing-masing.

Saya baru sampai beberapa bab awal pada kisah dua peternakan. Peternakan Amerika, dan membahas juga pengaruh perusakan lingkungan dengan runtuhnya sebuah peradaban. Dan di bab selanjutnya nanti juga lebih detail dibeberkan keruntuhan peradaban di beberapa tempat dengan lebih terperinci lagi.

“Kecurigaan mengenai bunuh diri ekologis tidak disengaja ini telah dikonfirmasi oleh temuan-temuan para ahli arkeologi, ahli klimatologi, ahli sejarah, ahli paleontologi,dan ahli palinologi (ahli serbuk sari) dalam beberapa dasawarsa terakhir”

Beberapa waktu lalu saya juga menonton dari Natgeo bagaimana seorang peneliti terumbu karang telah susah payah meneliti bagaimana dampak panas bumi dan matinya terumbu karang (yang ditandai dengan memutihnya terumbu karang) di banyak lautan dan banyaknya penyebaran terumbu karang yang mati ini sudah semakin meluas tidak terkendali lagi. Padahal terumbu karang sendiri bak rumah dan kehidupan bagi hewan-hewan laut. Bukan hanya di darat, bahkan kerusakan lingkungan sudah mencapai dasar lautan. Maaf ini agak keluar dari buku Collapse, ini hanya sedikit menambahkan saja.  

Manusia itu makhluk rakus di muka bumi, bukan hanya memakan apa saja tetapi juga menghancurkan dimana saja. Dimulai dengan penggundulan hutan dan menghancurkan lingkungan alami di sekitarnya. Kepunahan juga dimulai dengan kedatangan para pelaut dan penjelajah bangsa Eropa (di bab pulau Paskah) yang datang membawa penyakit, dan adanya penculikan black birding oleh bangsa Peru terhadap 1.500 orang penduduk asli pulau Paskah untuk dijadikan pekerja di tambang-tambang Guano di Peru. Demikian dijelaskan pada halaman 141. Bahkan di tahun 1872 tinggal tersisa 111 orang penduduk asli yang tersisa di pulau tersebut. Benar-benar tragis nasib penduduk asli di pulau itu, seperti halnya nasib semua penduduk asli di berbagai negara saat ini.

Tetapi saya sendiri baru sampai halaman 180 membacanya, saya menambahkan jika keruntuhan misalnya kerajaan-kerajaan di negeri ini dulu bukan karena kerusakan lingkungan dan peperangan antar kerajaan saja. Tetapi juga oleh kedatangan penjajah bangsa Eropa yang tentu saja membawa penyakit baru dan oleh adanya bencana alam. Jadi bukan oleh kerusakan lingkungan saja. Kerusakan lingkungan mungkin perubahan hutan yang dijadikan perkebunan tebu, rempah atau komoditi lainnya yang dibutuhkan penjajah itu. Jadi bukan semata oleh penduduk aslinya.

Demikian sedikit tentang buku ini semoga bermanfaat, tetap jaga kesehatanmu, pakai masker dan jaga jarak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun