Minggu, 12 Mei 2019

BENARKAH SEKALIAN RIBETNYA?

Sekalian ribetnya, satu kalimat yang pasti sering orang ucapkan saat dia kerepotan dengan beberapa anaknya yang masih kecil. Benarkah hal itu sudah cukup bijak? Jika kamu cukup siap juga dengan ribetnya biaya hidup dan lainnya kelak tentunya.

Saya pernah cerita sedikit ke teman saya mengenai anak saya. Saya bilang kalau anak saya jadi ketakutan gara-gara dia nonton film horor. Terus temen cewek saya ini bilang “Wah mbak deket ya sama –nyebut nama anak saya-.” Saat itu saya agak kaget, karena menurut saya justru saya kurang dekat dengan anak saya. Anak saya sepertinya lebih dekat bapaknya dari pada dengan saya.  Terus dia bilang yang kurang lebihnya begini “Bisa cerita-cerita gitu kalau takut atau apa sama mbak. Kalau aku dulu nggak pernah cerita-cerita, adik aku malah yang sering cerita ke bapak ibu. Mungkin karena anaknya mbak satu ya jadi semua perhatian hanya pada –nyebut nama anak saya-.” Dia dua bersaudara dan sama-sama cewek, sedang dia anak pertama. Jelasnya lagi jika ortunya lebih dekat dengan adiknya, jadi dia jarang curhat ke ortunya seperti adiknya.

Omong-omong soal relasi anak ortu ini unik loh. Satu keluarga dengan keluarga lain bisa beda pola asuhnya. Dan saya kebetulan dapat curhat dari beberapa temen cewek yang punya saudara cewek yang kurang lebih keduanya seumuran. Mereka menyebut adanya perbedaan kedekatan ortu ini ke mereka berdua. Ada yang ibu lebih dekat dengan anak pertama, sedangkan bapak dengan anak ke dua. Ada yang kedua ortu lebih dekat dengan adiknya. Tapi temen saya ini juga bilang jika dia memang dari kecil lebih dekat bapaknya, saya juga begitu. Saya malah makin curiga jika kedekatan terhadap salah satu ortu ini bisa memunculkan karakter beda juga.

Jadi kesimpulan yang saya ambil dari obrolan kami itu : kalau temen saya yang sama-sama anak cewek, dan punya adik atau kakak sama-sama perempuan, dan umurnya tidak terpaut jauh, maka mereka seperti punya kecemburuan karena perbedaan dalam hal perhatian ortu kepada mereka. Mungkin karena sama-sama cewek dan sama-sama butuh perhatian yang kurang lebih sama, padahal biasanya ortu akan lebih perhatiannya ke anak yang lebih muda. Sepertinya prinsip ibu-ibu yang suka bilang “sekalian ribetnya” harus dikoreksi lagi ini. 

Kenapa saya bisa bilang begitu, karena dalam hal ini saya sendiri, saya dan kakak saya yang sama-sama perempuan merasa biasa saja, bahkan minim konflik. Ya, saya yang mikir begitu sih, nggak tau juga kalau kakak saya, tapi seingat saya memang kami jarang bertengkar dari dulu. Karena apa? Yap, jarak umur kami berbeda cukup jauh. Mungkin kakak saya sudah lebih dewasa jauh di atas saya, jadi terasa lebih ngemong, dan saya ataupun kakak saya dari kecil sampai dewasa juga sibuk main dengan kawan kami masing-masing. Karena apa? Karena dari kedua kasus kawan saya di atas, mereka sepertinya lebih sering bermain bersama karena seumuran. Dan di situ pasti muncul konflik dan kecemburuan. Ya mungkin hal begini ortu mereka pada nggak tahu ya, mereka memilih ngomong hal begini ke temen atau pacarnya.

Soal prinsip “sekalian ribetnya” itu maksud saya kalau biasanya nih ya, ibu-ibu ini pada pengen punya anak dengan kisaran umur yang terpaut tidak terlampau jauh. Ya kadang beda setahun dua tahunan, atau bahkan ada yang ‘sundulan’ jadi selisihnya nggak begitu jauh. Alasannya ya itu tadi, sekalian ribetnya mengurus anak kecil, kelak ketika anaknya sudah besar jadi enggak ribet lagi (baca: nggak ngurus bayi lagi).

Uniknya, dua anak dalam satu keluarga ini bisa dekat dengan salah satu ortu yang berbeda. Ada yang bilang jika anak perempuan biasanya lebih deket dengan bapaknya, sedang anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya. Atau ada juga temen dua bersaudara laki-laki dan perempuan yang keduanya dekat dengan kedua ortunya. Pola asuh itu tadi sih saya rasa.

Alasan ortu punya minimal dua anak selalu begini: nanti kalau ada apa-apa dipikir sendiri, kelak nggak ada yang bantuin kalau ada apa-apa. Ya mikirnya selalu negatif, kalau ada apa-apa terus. Ya masih ada orang lain kok, bukankah ada teman, ada saudara yang lain, ada juga pasangan, mereka nggak dianggap gitu? Lha wong ada kok yang punya saudara kandung banyak ya sambatnya (baca: ngeluh) sama saja, mereka ngomong “punya saudara banyak tapi kayak mikir sendirian” sering loh saya dengar yang mengeluh begitu. Jangan salah ye.

Ah ya satu lagi, pola asuh ortu juga berpengaruh besar nantinya ke pola asuh si anak setelah dewasa nanti. Contohnya, misal dalam pola asuh ortu minim kedekatan maka pola asuh si anak kelak pada keluarganya juga akan minim kedekatan atau lebih berjarak. Tapi kadang, jarak ini perlu dibuat untuk membuat ruang, spasi, agar ada tempat untuk berpikir dan tumbuh. Tentu tahu kalau pohon di tanam terlampau dekat (untel-untelan) justru pohon itu tidak berkembang dengan baik. Ya, saya tahu manusia bukan pohon, manusia bukan tumbuhan, tetapi ya barangkali saja kita dulu tumbuhan yang berevolusi he he. Sebenarnya saya mau mencontohkan kedekatan seperti apa yang saya maksud. Tapi sepertinya mungkin nanti di tulisan lainnya sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun