Sabtu, 08 September 2018

Kangen Seseorang

Dulu waktu sekolah punya teman sebangku sebut saja R. Seorang perempuan yang pasti, putih dan cantik. Bapak temenku ini punya tempat belajar semacam pesantren gitu. Anak pak kyai, bapak ibunya seorang pengajar dan tentu saja lebih paham soal agama. R dari sejak awal di sekolah sudah memakai kerudung, sedangkan aku belum.

Dari R ini aku belajar banyak tentang agama islam. Dia sering banget minjemin buku-buku agama, aku sih yang minta. Dari yang tulisan biasa bahasa indonesia atau bahasa jawa, sampai tulisan arab yang nggak ada sandangannya itu. Tapi masih dalam bahasa jawa kalau nggak salah ingat, belum dalam bahasa arab. Saat itu memang lagi semangat-semangatnya untuk membaca buku, jadi buku apapun pasti kubaca. Belum ada perpus di kampungku saat itu, bantuan perpus di masjid baru datang beberapa waktu kemudian. Perkenalanku dengan islam lebih dalam lagi juga berangkat dari sini, dari teman-temanku dan buku. Kami juga di sekolah saat itu sering ada pengajian bahkan sampai mengundang ustad dari luar, meskipun akhirnya dilarang oleh pihak sekolah. Saat itu belum ada isu teroris, jihad dan macam-macam seperti sekarang. Kita murni hanya ingin belajar.

Sejak berpisah dengan R kami sering berkirim kabar lewat surat. Aku ingat sewaktu melanjutkan sekolah di Jogja dia pernah mengirim kartu ucapan ulang tahun beserta sebuah surat. Surat ini sempat saya simpan lama sekali. Suratnya berisi cerita kalau dia lagi menuntut ilmu di sebuah pesantren, saya lupa di mananya. Di surat itu juga dia menulis sebuah permintaan maaf, dan meminta kerelaan saya atas sesuatu yang dia ambil tanpa sepengetahuan saya atau kesalahan lainnya. Padahal seingat saya tidak ada yang dia ambil dari saya, dasar si R ini suka aneh-aneh. Selepas surat itu dia pernah sekali berkunjung ke rumah setelah sekian lama, seingat saya pas sebelum saya menikah. 

R memang sudah beberapa kali berkunjung ke rumah saya, sayangnya saya justru nggak berani berkunjung ke rumahnya, dan ini saya sesali sampai sekarang. Karena saya jadi belum tahu rumahnya sampai sekarang setelah berpisah lama. Alasan saya belum berani saat itu, karena saya merasa sungkan saja dengan orang tuanya. Teman sekolah ada beberapa yang bertemu lewat FB atau media sosial lainnya, tapi informasi tentang R sama sekali nggak ada, bahkan dari teman yang agak dekat dari kampung R juga tidak ada yang tahu, sebenarnya saya sedikit khawatir. Selain itu saya juga kangen sama dia, dan bertanya-tanya soal kabarnya, ya semoga dia baik-baik saja. Dari dialah saya belajar banyak dan pertama kali memutuskan untuk mengenakan kerudung sampai sekarang.

Semoga di manapun kamu berada kamu baik-baik saja, entah kapan kita bertemu lagi, aku berharap ada waktu di mana aku bisa bertemu lagi dan ngobrol banyak seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Jangan lupa tinggalkan komentarmu di sini.

Update Berkebun