Ceritanya
Teman saya beberapa waktu lalu ke dokter, ceritanya dia
sakit maag saja. Teman saya ini punya penyakit maag juga masih gejala saja, belum taraf yang maag kronis sebenarnya. Dia bercerita jika kemarin resep dari dokter itu ada obat yang namanya
Diazepam. Karena temanku ini juga punya saudara seorang
apoteker maka dia menanyakan tentang obat itu dulu pada saudaranya, dan hasilnya mengejutkan. Katanya obat ini kalau tidak penting sekali jangan di konsumsi. Pokoknya jangan di minum intinya, katanya obat ini tergolong obat yang berbahaya. Lha pertanyaan saya sebagai orang awam adalah, berbahaya kok di resepkan oleh dokter tersebut? Padahal hanya
sakit maag. Ternyata resep ini juga berkali-kali di berikan pada pasien serupa.
Maag dan Diazepam
Merasa penasaran saya mencari informasi di
internet, dan hasilnya sangat mengejutkan. Kebanyakan artikel yang menyebutkan bahwa obat ini masih termasuk
obat psikotropika yang harus dengan
resep dokter. Dari
Wikipedia saya dapatkan info seperti ini :
"Diazepam adalah obat penenang di kelas bonzodiazepin dan di perkenalkan pada tahun 1963. Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain Valium. Indikasinya sebagai obat anti ansietas ( penenang) sedatif hipnotik dan obat anti kejang"
Bahkan ketika saya tanyakan ke apoteker ternyata mbak apoteker itu juga bilang bahwa, sebisa mungkin jika tidak sangat perlu agar
diazepam ini tidak di minum karena efeknya juga membuat ketergantungan. Suami saya ketika saya tanyakan hal itu juga membenarkan bahwa obat itu biasanya oleh anak muda biasa di gunakan sebagai
obat psikotropika yang murah. Saya membaca juga berbagai artikel di internet mengenai ini, tetapi yang membingungkan adalah kenapa hanya
sakit maag saja di berikan obat seperti itu. Bukankah lebih baik di berikan obat maag saja, tanpa perlu memberi
obat penenang itu. Saya juga heran kenapa dokter saja memberikan resep dan mbak apoteker itu saja mengingatkan bahayanya.
Pentingnya Second Opinion
Memang sih mungkin jika sakit maag di hubungkan dengan kondisi
psikologis orang yang lagi bermasalah, tetapi bukan berarti dia butuh di beri obat penenang bukan? Bagi saya yang orang awam sangat kecewa saja dengan dokter tersebut. Seperti tersadar, ketika saya ke dokter dan di beri obat maka saya selalu mencari dulu informasi tentang obat tersebut di internet. Saya butuh
second opinion untuk obat yang saya terima itu, toh ini tubuh saya dan saya berhak tahu apa yang masuk ke tubuh saya. Saya tidak akan begitu saja menelan obat itu tanpa mengetahui apa yang saya minum itu. Dan itupun hak saya.
Hal ini juga bukan semata-mata saya parno dengan dokter atau anti dokter, saya pernah berobat dan di tolong dokter juga. Bukan berarti saya menyalahkan dokter itu, toh dokter juga manusia. Sama-sama dokter mungkin ada dokter yang pintar dan dokter yang agak pintar, walaupun dokter kebanyakan pintar semua. Mungkin IP nya dulu ada yang tinggi sekali ada yang tidak pikir saya.
Selain itu juga saya sudah berkali-kali terjebak masalah seperti ini. Ingat ketika dulu anak saya ke
dokter spesialis anak langganan saya, dia di diagnosa awal takutnya kena
DB lantas cek darah ternyata negatif. Lantas masih panas saya bawa ke rumah sakit swasta dekat rumah, lagi -lagi cek darah lagi takutnya kena sakit apa gitu ternyata negatif katanya hanya
gejala tipes. Sampai di rumah hari ke 5 atau lebih panas saya makin panik dan saya cari info di
internet, dan dari
artikel seorang ibu yang detail menjelaskan yang malah saya lupa blognya apa, saya tahu kemungkinan anak saya kena
campak. Walhasil paginya muncul kemerahan di kulitnya dan benar dia kena campak. Makasih banget buat infonya yang bermanfaat itu. seingat saya anak saya sudah di imunisasi campak, kenapa bisa kena campak juga ya.
Demikian curcol saya kali ini, semoga bermanfaat bagi yang lain. Mengingat saya dahulu juga sangat terbantu oleh informasi yang saya dapat dari internet juga.