Ceritanya
Teman saya beberapa waktu lalu ke dokter, ceritanya dia sakit maag saja. Teman saya ini punya penyakit maag juga masih gejala saja, belum taraf yang maag kronis sebenarnya. Dia bercerita jika kemarin resep dari dokter itu ada obat yang namanya Diazepam. Karena temanku ini juga punya saudara seorang apoteker maka dia menanyakan tentang obat itu dulu pada saudaranya, dan hasilnya mengejutkan. Katanya obat ini kalau tidak penting sekali jangan di konsumsi. Pokoknya jangan di minum intinya, katanya obat ini tergolong obat yang berbahaya. Lha pertanyaan saya sebagai orang awam adalah, berbahaya kok di resepkan oleh dokter tersebut? Padahal hanya sakit maag. Ternyata resep ini juga berkali-kali di berikan pada pasien serupa.
Maag dan Diazepam
Merasa penasaran saya mencari informasi di internet, dan hasilnya sangat mengejutkan. Kebanyakan artikel yang menyebutkan bahwa obat ini masih termasuk obat psikotropika yang harus dengan resep dokter. Dari Wikipedia saya dapatkan info seperti ini :
Pentingnya Second Opinion
Memang sih mungkin jika sakit maag di hubungkan dengan kondisi psikologis orang yang lagi bermasalah, tetapi bukan berarti dia butuh di beri obat penenang bukan? Bagi saya yang orang awam sangat kecewa saja dengan dokter tersebut. Seperti tersadar, ketika saya ke dokter dan di beri obat maka saya selalu mencari dulu informasi tentang obat tersebut di internet. Saya butuh second opinion untuk obat yang saya terima itu, toh ini tubuh saya dan saya berhak tahu apa yang masuk ke tubuh saya. Saya tidak akan begitu saja menelan obat itu tanpa mengetahui apa yang saya minum itu. Dan itupun hak saya.
Hal ini juga bukan semata-mata saya parno dengan dokter atau anti dokter, saya pernah berobat dan di tolong dokter juga. Bukan berarti saya menyalahkan dokter itu, toh dokter juga manusia. Sama-sama dokter mungkin ada dokter yang pintar dan dokter yang agak pintar, walaupun dokter kebanyakan pintar semua. Mungkin IP nya dulu ada yang tinggi sekali ada yang tidak pikir saya.
Selain itu juga saya sudah berkali-kali terjebak masalah seperti ini. Ingat ketika dulu anak saya ke dokter spesialis anak langganan saya, dia di diagnosa awal takutnya kena DB lantas cek darah ternyata negatif. Lantas masih panas saya bawa ke rumah sakit swasta dekat rumah, lagi -lagi cek darah lagi takutnya kena sakit apa gitu ternyata negatif katanya hanya gejala tipes. Sampai di rumah hari ke 5 atau lebih panas saya makin panik dan saya cari info di internet, dan dari artikel seorang ibu yang detail menjelaskan yang malah saya lupa blognya apa, saya tahu kemungkinan anak saya kena campak. Walhasil paginya muncul kemerahan di kulitnya dan benar dia kena campak. Makasih banget buat infonya yang bermanfaat itu. seingat saya anak saya sudah di imunisasi campak, kenapa bisa kena campak juga ya.
Demikian curcol saya kali ini, semoga bermanfaat bagi yang lain. Mengingat saya dahulu juga sangat terbantu oleh informasi yang saya dapat dari internet juga.
Teman saya beberapa waktu lalu ke dokter, ceritanya dia sakit maag saja. Teman saya ini punya penyakit maag juga masih gejala saja, belum taraf yang maag kronis sebenarnya. Dia bercerita jika kemarin resep dari dokter itu ada obat yang namanya Diazepam. Karena temanku ini juga punya saudara seorang apoteker maka dia menanyakan tentang obat itu dulu pada saudaranya, dan hasilnya mengejutkan. Katanya obat ini kalau tidak penting sekali jangan di konsumsi. Pokoknya jangan di minum intinya, katanya obat ini tergolong obat yang berbahaya. Lha pertanyaan saya sebagai orang awam adalah, berbahaya kok di resepkan oleh dokter tersebut? Padahal hanya sakit maag. Ternyata resep ini juga berkali-kali di berikan pada pasien serupa.
Maag dan Diazepam
Merasa penasaran saya mencari informasi di internet, dan hasilnya sangat mengejutkan. Kebanyakan artikel yang menyebutkan bahwa obat ini masih termasuk obat psikotropika yang harus dengan resep dokter. Dari Wikipedia saya dapatkan info seperti ini :
"Diazepam adalah obat penenang di kelas bonzodiazepin dan di perkenalkan pada tahun 1963. Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain Valium. Indikasinya sebagai obat anti ansietas ( penenang) sedatif hipnotik dan obat anti kejang"Bahkan ketika saya tanyakan ke apoteker ternyata mbak apoteker itu juga bilang bahwa, sebisa mungkin jika tidak sangat perlu agar diazepam ini tidak di minum karena efeknya juga membuat ketergantungan. Suami saya ketika saya tanyakan hal itu juga membenarkan bahwa obat itu biasanya oleh anak muda biasa di gunakan sebagai obat psikotropika yang murah. Saya membaca juga berbagai artikel di internet mengenai ini, tetapi yang membingungkan adalah kenapa hanya sakit maag saja di berikan obat seperti itu. Bukankah lebih baik di berikan obat maag saja, tanpa perlu memberi obat penenang itu. Saya juga heran kenapa dokter saja memberikan resep dan mbak apoteker itu saja mengingatkan bahayanya.
Pentingnya Second Opinion
Memang sih mungkin jika sakit maag di hubungkan dengan kondisi psikologis orang yang lagi bermasalah, tetapi bukan berarti dia butuh di beri obat penenang bukan? Bagi saya yang orang awam sangat kecewa saja dengan dokter tersebut. Seperti tersadar, ketika saya ke dokter dan di beri obat maka saya selalu mencari dulu informasi tentang obat tersebut di internet. Saya butuh second opinion untuk obat yang saya terima itu, toh ini tubuh saya dan saya berhak tahu apa yang masuk ke tubuh saya. Saya tidak akan begitu saja menelan obat itu tanpa mengetahui apa yang saya minum itu. Dan itupun hak saya.
Hal ini juga bukan semata-mata saya parno dengan dokter atau anti dokter, saya pernah berobat dan di tolong dokter juga. Bukan berarti saya menyalahkan dokter itu, toh dokter juga manusia. Sama-sama dokter mungkin ada dokter yang pintar dan dokter yang agak pintar, walaupun dokter kebanyakan pintar semua. Mungkin IP nya dulu ada yang tinggi sekali ada yang tidak pikir saya.
Selain itu juga saya sudah berkali-kali terjebak masalah seperti ini. Ingat ketika dulu anak saya ke dokter spesialis anak langganan saya, dia di diagnosa awal takutnya kena DB lantas cek darah ternyata negatif. Lantas masih panas saya bawa ke rumah sakit swasta dekat rumah, lagi -lagi cek darah lagi takutnya kena sakit apa gitu ternyata negatif katanya hanya gejala tipes. Sampai di rumah hari ke 5 atau lebih panas saya makin panik dan saya cari info di internet, dan dari artikel seorang ibu yang detail menjelaskan yang malah saya lupa blognya apa, saya tahu kemungkinan anak saya kena campak. Walhasil paginya muncul kemerahan di kulitnya dan benar dia kena campak. Makasih banget buat infonya yang bermanfaat itu. seingat saya anak saya sudah di imunisasi campak, kenapa bisa kena campak juga ya.
Demikian curcol saya kali ini, semoga bermanfaat bagi yang lain. Mengingat saya dahulu juga sangat terbantu oleh informasi yang saya dapat dari internet juga.
tuh kan, memang yang namanya obat, sesedikitpun dosisnya, harus kita hindari. artinya kalo nggak perlu2 amat, janganlah mengkonsumsi obat. tuh dia pengalamansoal diazepam. kalo di kalangan penyalahguna obat, yang kayak gitu itu populer sebenarnya Mbak. dan nggak harus dengan resep dokter, karena di pasar Pramuka Jakarta banyak tersedia. obat berbahaya dan seharusnya hanya diberikan ke pasien yang sudah sangat memerlukan kali ya.
BalasHapussaya setuju dengan wacana "mencari second opinion". dokter juga kerap salah, lha wong cuma manusia biasa je. OK, yuk kita berhati-hati.
BalasHapusPak Zach : iya pak yang namanya obat itu seperti racun kalau salah malah fatal, opini kedua memang sangat penting pak, terkadang satu dokter dengan dokter lainnya diagnosa dan penanganannya belum tentu sama juga.
BalasHapusemang harus hati hati memilih obat, sering juga kan kita dengar ada yg salah obat, salah dosis, akibatnya merugi deh :)
BalasHapusStupid Monkey : iya betul mas hehe
BalasHapusjangan sampai salah obat.
Kalau kata orang tua tua sih selain obat modern , obat modern jaman sekarang ini juga divariasikan dengan ramuan khas kampung atau obat kampung. Sedangkan untuk MAAG sendiri sebenarnya, yang saya tau sih, ini bukan penyakit. Melainkan kebiasaan yang jarang makan tepat pada waktunya,. Jadi pada saat jam makan siang segeralah makan siang. LAMBUNG kalau tidak diisi makanan saat pada waktunya maka dia akan "makan" asamnya sendiri,. Jadilah dia merasa sakit
BalasHapusah ternyata cukup bahaya juga yah, untung saya tidak mengkonsumsi diazepam ini..
BalasHapustrims infonya, sangat bermanfaat...
Asep Haryono : hehe baru tahu pak bukan penyakit ya, iya mungkin makan yang tidak teratur dan suka asam atau pedas yang berlebih ya. Sarannya akan saya ingat pak, kayaknya pas banget ini jam makan siang juga hehe
BalasHapusMuroi El Barezy : iya saya juga tahu setelah kawan saya bercerita, dan setelah saya tanya sana sini juga ternyata hasilnya seperti itu.
BalasHapusShare yang sangat bagus, menambah pengetahuan saya ttg obat...
BalasHapusEmm,menarik ttg second opinion... ya, ternyata perlu juga meneliti sesuatu sebelum digunakan bahkan jika itu dari ahlinya... ya mereka juga manusia. Benar ada dokter yg pintar atau kurang pintar, dll.
Intinya makasih infonya :-)
Fikri : yup semoga bermanfaat, saya rasa semua butuh second opinion untuk semua hal sebagai pertimbangan apalagi masalah kesehatan.
BalasHapusyup, sama-sama Fik
Menurut saya,diazepam berguna untuk mengatasi maag yang udah agak parah,misalnya perut sampai kram.
BalasHapusObat itu bisa melemaskan otot2 perut yang kaku.
begitu ya, saya awam jadi kurang tau masalah itu
Hapusmaag bisa sampai kram perut ya
Saya maag juga,di beri diazepam😭
BalasHapusiya itulah makanya he he
Hapus